Semua Pendaki Terdaftar Ditemukan, Pencarian Dihentikan

Sumatera | Kamis, 07 Desember 2023 - 09:22 WIB

Semua Pendaki Terdaftar Ditemukan, Pencarian Dihentikan
BPBD Riau (GRAFIS ADIL ADRI/RIAUPOS.CO)

PADANG (RIAUPOS.CO) - Tim SAR Gabungan telah menemukan semua pendaki yang terjebak saat erupsi Gunung Marapi, Rabu (6/12). Korban terakhir diidentifikasi bernama Siska Afrina, ditemukan pukul 14.30 WIB dan berhasil dievakuasi ke tempat aman pukul 18.00 WIB.

Dengan tambahan itu, pendaki yang menjadi korban meninggal dunia sebanyak 23 orang. Kepala Kantor SAR Padang Abdul Malik menjelaskan, total pendaki yang terjebak erupsi Gunung Marapi 75 orang. Angka tersebut berdasar data yang terdaftar. 


Dari 52 pendaki yang berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat, belasan mengalami luka bakar. ”11 orang dengan kondisi luka bakar,” ujarnya, Rabu (6/12). 

Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Pol Dwi Sulistyawan menjelaskan, semua jenazah sudah diidentifikasi oleh Tim DVI Polda Sumbar dan diserahkan ke pihak keluarga korban. “Jadi berdasarkan data sudah lengkap 75 orang,” ungkap Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Dwi S, Rabu (6/12).

Dengan ditemukannya 75 pendaki yang terdata di sistem online BKSDA, maka Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Sumbar Brigjen Pol Edi Mardiyanto resmi menutup operasi pencarian korban erupsi Gunung Marapi, Rabu (6/12) malam. ‘’Sejak malam ini (malam tadi, red) hingga waktu yang belum ditentukan, Gunung Marapi dinyatakan ditutup untuk pendaki,’’ kata Wakapolda.

Sementara itu, jika ada masyarakat kehilangan anggota keluarganya, diminta untuk melapor ke RSAM Bukittinggi. Rumah sakit ini merupakan lokasi identifikasi korban erupsi Marapi yang dilakukan Tim DVI Polda Sumbar. 

Selain itu, Basarnas Padang juga siaga di Posko Utama di Kantor Wali Nagari di Batu Palano jika ada masyarakat yang melaporkan kehilangan keluarga di Marapi. Laporan bisa juga disampaikan lewat telepon 0765-484534. “Jika ada, kami akan langsung memproses laporan itu,” ujar Basarnas Padang lewat alun IG resminya, Rabu (6/12).

Terpisah, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabid Dokkes) Polda Sumbar Kombes Pol Lisda Cancer menuturkan, saat ini tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumbar telah berhasil mengidentifikasi seluruh jenazah korban berjumlah 23 orang, termasuk pendaki asal Riau Ilham Nanda Bintang yang sehari sebelumnya belum identifikasi. “Semua berhasil diidentifikasi,” ujarnya.

Ke-23 korban yang teridentifikasi tersebut yakni, M Adan, Teguh Amanda, Nazatra Adzin, Al Fikri, Nurva Afitra, Irfandi Putra, Wilki Syahputra, Aditya Prasetyo, Afandra Junaidi, Yasirli Amri,  Divo Suhendra, Filhan Alfigh, Wahlul Ade, Riski Rahmat, Reyhani Zahra, Muhammad Iqbal, Lenggo Baren, Zikri Habibi, Novita Intan Sari, Liarni, Ilham Nanda Bintang, dan Frengki Candra Kusuma.”Hampir semua jenazah proses dikembalikan ke keluarga,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal melalui Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Provinsi Riau Rozita mengatakan, jasad pendaki asal Riau sebenarnya sudah berhasil dievakuasi pada Selasa (5/12). Namun identifikasi baru selesai dilaksanakan pada Rabu (6/12) pagi. “Pendaki asal Riau atas nama Ilham Nanda Bintang sudah teridentifikasi,” katanya. 

Dengan demikian, seluruh pendaki asal Riau yang sebelumnya dinyatakan masih hilang sudah berhasil ditemukan. Dari total 29 pendaki asal Riau, empat orang meninggal dunia dan tiga luka-luka. Sedangkan 22 lagi dinyatakan selamat. “Alhamdulillah semua pendaki asal Riau sudah ditemukan,” sebutnya.

Untuk korban meninggal dunia, juga sudah seluruhnya dibawa ke Riau. Sementara untuk tiga korban luka, masih mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Achmad Mochtar di Bukittinggi. Mereka adalah Aditya Sukirno Putra, Muhammad Ridho Kurniawan, dan Muhammad Arbi Muharman.

Erupsi Gunung Marapi belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Sejak erupsi yang terjadi pada Ahad (3/12) pukul 14.54 WIB hingga Rabu (6/12) pukul 18.00 WIB, tercatat terjadi 275 kali erupsi.    PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) Pos pantau Gunung Marapi mencatat terjadi 36 letusan dan 16 hembusan.

Kemudian pada Senin (4/12) tercatat 10 letusan dan 50 kali hembusan. Lalu pada Selasa (5/12) tercatat 6 letusan dan 100 hembusan. Pada hari Rabu (6/12) hingga pukul 18.00 WIB tercatat ada 7 letusan dan 40 hembusan.

“Sejak Agustus 2011 gunung Marapi selalu berada dalam status Level II atau waspada. Ini merupakan bentuk peringatan dini kepada masyarakat akan potensi bahaya dari gunung Marapi,” ujar Ahmad Basuki, Ketua Tim Kerja Gunung Api PVMBG, saat diwawancarai di Pos Pantau Gunung Marapi, Bukittinggi, Rabu (6/12).

Ia merinci bahwa dengan status waspada tersebut, PVMBG telah mengeluarkan imbauan untuk tidak beraktivitas di jarak tiga kilometer dari pusat kawah Gunung Marapi.

“Untuk jarak tiga kilometer dari kawah Verbeek, sampai ke bagian pertengahan lereng Gunung Marapi. Area tiga kilometer ini tidak sampai ke area pemukiman. Pemukiman terdekat di Batu Palano atau Aie Angek itu jaraknya kisaran lima kilometer,” tambahnya.

Ia juga menambahkan bahwa setiap gunung memiliki karakteristik tersendiri terkait pola erupsi dan Gunung Marapi merupakan salah satu gunung yang sulit diperkirakan. “Gunung Marapi, termasuk untuk kasus, pada Ahad (3/12) yang kemarin terjadi tanpa ada tanda-tanda peningkatan gejala erupsi, baik dalam hitungan minggu atau bulan sebelumnya,” ujarnya.

“Karakter erupsi Gunung Marapi berdasarkan erupsi sebelumnya selalu tidak terduga. Ketika akan erupsi peningkatannya tidak terlalu signifikan sehingga kami selalu menetapkan statusnya waspada sejak Agustus 2011,” tambahnya.

Ahmad Basuki, juga memaparkan dengan melihat gejala erupsi hari ini dan peristiwa erupsi sebelumnya, ke depan Marapi masih akan mengalami erupsi hingga 30 atau 45 hari ke depan. 

“Merujuk pola erupsi sebelumnya, pada 7 Januari 2023 erupsi masih terjadi hingga 45 hari setelah itu. Dengan mengacu pada pola ini maka kami menduga bahwa gejala erupsi masih akan terjadi hingga 40 hari ke depan,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Gunawan menjelaskan, Gunung Marapi (2.891 mdpl) masih berstatus Level II atau Waspada. 

Berdasarkan pengamatan hingga Rabu (6/12) pagi, teramati asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 400 meter di atas puncak kawah. ’’Asap condong ke arah barat daya dan barat laut,’’ ujarnya, Rabu (6/12). 

Hendra melanjutkan, data kegempaan tidak menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan terjadi di gunung yang berlokasi di Sumatera Barat itu. Jumlah letusan tercatat 6 kali dengan amplitudo 3.9-33.6 mm dan durasi 30-49 detik. 

Selain itu, Gempa Hembusan sebanyak 18 kali dengan amplitudo 1.5 hingga 11.6 mm dengan lama gempa 25-60 detik. ’’Pengamatan visual, kolom erupsi tidak teramati dengan baik karena tertutup kabut,’’ jelas dia. 

Hendra meningatkan masyarakat bahwa saat ini status Gunung Marapi masih berada pada level II (Waspada). Dengan status itu maka masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunungapi Marapi pada radius 3 km dari kawah/puncak.

’’PVMBG akan terus melakukan pemantauan dan monitoring aktivitas ketiga gunungapi tersebut dan jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,’’ jelasnya. 

Polda Sumbar Akan Panggil Pejabat BKSDA
Insiden erupsi Gunung Marapi yang memakan korban jiwa menjadi perhatian Polda Sumbar. Untuk itu, Polda Sumbar akan memanggil dan memintai keterangan BKSDA Sumbar, terkait meninggalnya 23 pendaki saat erupsi Gunung Marapi. Pemanggilan BKSDA untuk dimintai keterangan dan mengkroscek ulang terkait insiden erupsi Gunung Marapi.

“Kita akan panggil dan kroscek kembali insiden yang terjadi di Gunung Marapi. Sebab, di sana BKSDA memungut biaya para pendaki yang bakal melakukan pendakian,” kata Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Pol Dwi Sulistyawan, Rabu (6/12).

Dwi mengatakan, dipanggilnya BKSDA ini selain mereka yang melakukan pengelolaan taman wisata alam (TWA) Gunung Marapi. Mereka juga bertanggungjawab atas insiden yang menimpa seluruh pendaki Gunung Marapi.

“Nanti akan kita dalami, apakah ada unsur kelalaian di sana. Kita sudah monitoring terkait insiden ini, yang jelas kita akan panggil dan mintai keterangan kepada stakeholder yang bertanggungjawab atas insiden ini,” ujar Dwi.

Ia mengatakan personel Polda Sumbar masih tetap siaga di Gunung Marapi ‎untuk memastikan apakah ada pendaki lain yang terjebak di Gunung Marapi di luar data yang ada.“Petugas kita masih tetap di sana. Beberapa posko kita dirikan untuk memperkuat kekuatan personel dalam melakukan evakuasi nanti,” katanya.

Dwi mengatakan, saat ini Polda Sumbar telah mendirikan beberapa posko, seperti posko kesehatan dan dapur umum untuk membantu tim SAR gabungan.

Selain itu, pihaknya juga mendirikan posko media center. Posko ini nantinya akan memberikan informasi terkait erupsi Gunung Marapi. Di sana, disediakan sarana komunikasi dan pendistribusian informasi kepada rekan-rekan media yang sedang meliput kejadian tersebut.

“Dengan adanya posko media center ini diharapkan rekan-rekan media dapat mengakses mudah informasi terkait kondisi terkini Gunung Marapi, imbauan penanganan darurat, pengungsian. Dalam situasi darurat ini, kerjasama antara pihak berwenang dan media sangatlah penting,” ujarnya.(rid/idr/syn/dee/das)

Laporan TIM RIAU POS dan JPG, Pekanbaru dan Padang









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook