(RIAUPOS.CO) - Pengelolaan sumber daya alam termasuk sumber daya hutan harus memperhatikan aspek keberlanjutan dan dampak penggunaan sumber daya. Pengelolaan hutan dan hasil hutan diperlukan untuk terus menjalankan fungsi hutan dari aspek ekonomi, ekologi dan sosial sehingga dalam pemanfaatannya perlu memperhatikan nilai tambah dan efisiensi.
"Dalam hal ini, peran ilmu pengetahuan dan teknologi atau Iptek menjadi kebutuhan dan terus didukung oleh berbagai inovasi agar dapat mengelola sumber daya khususnya hasil hutan secara efisien dan berkelanjutan," ujar Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK, Sylvana Ratina saat membuka konferensi internasional ke-5 peneliti kehutanan (The 5th International Conference of Indonesia Forestry Researchers/INAFOR) di Bogor, kemarin.
Pengelolaan hutan meninggalkan limbah dalam mengolah hasil hutan, memanen hasil hutan dan dalam mengelola lingkungan secara umum. Dengan penerapan teknologi, pemanfaatan limbah dapat ditingkatkan menjadi berbagai produk yang memiliki nilai tambah tinggi, baik produk kayu, bioenergi, bahan pendukung industri dan produk strategis lainnya.
Penerapan Iptek juga mampu berkontribusi pada peningkatan pendapatan, mendorong ekonomi sirkular dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang diarahkan pada zero waste. Ekonomi sirkular pada dasarnya menggunakan limbah balik menjadi produk yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan.
Konferensi yang mengusung tema “Enforcing Forest Restoration and Waste Management for Better Environment and Socio-Economic Benefits” ini, berlangsung selama empat hari 27-30 Agustus di IPB International Convention Center, Bogor. (yus/rls)