JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Usaha pemerintah melalui tim satgas gabungan yang terdiri dari Manggala Agni, TNI, POLRI, BPPT, BMKG, BNPB di tingkat nasional, serta BPBD dan Masyarakat Peduli Api di tingkat daerah telah menunjukkan hasil. Selama satu minggu terakhir, penurunan jumlah titik panas terus mengalami tren penurunan. Kondisi titik panas ini sangat jauh menurun, secara signifikan terjadi penurunan sebesar 90 persen selama satu minggu ini.
Satelit Modis yang digunakan BMKG yang menjadi standar kondisi cuaca di ASEAN menunjukkan pada 23 September 2019 jumlah titik panas (hotspot) seluruh Indonesia berjumlah 1.374 titik, dimana di Riau terdapat 134 titik, Jambi 324 titik, Sumatera Selatan 337 titik, Kalimantan Barat 20 titik, Kalimantan Tengah 279 titik, dan Kalimantan Selatan 49 titik, serta Kalimantan Timur 11 titik.
Untuk tanggal 25 September 2019, Riau dan enam (6) wilayah prioritas penanganan kebakaran hutan dan lahan nasional lainnya, semuanya mengalami penurunan.
Secara nasional jumlah titik api pada 25 September 2019, jumlah titik api seluruh Indonesia sebanyak 554 titik, dengan sebaran Riau 68 titik, Jambi 15 titik, Sumatera Selatan 13 titik, Kalimantan Barat 9 titik, Kalimantan Tengah 268 titik, Kalimantan Selatan 39 titik, Kalimantan Timur 60 titik. Pada 26 September, satelit modis menangkap kenaikan jumlah titik api, dimana pada pukul 18.55, setelit mencatat ada 915 titik api seluruh Indonesia, dengan Riau tanpa titik api, Jambi 33 titik api, Sumatera Selatan 18 titik api, Kalimantan Barat 59 titik api, Kalimantan Tengah 674 titik api, Kalimantan Selatan 28 titik api, Kalimantan Timur 38 titik api.
Selanjutnya penurunan kembali terjadi pada Juma (27/9/2019), kemarin pukul 22.12 satelit mencatat ada 223 titik panas di seluruh Indonesia, dimana Riau hanya 9 titik panas, Jambi 96 titik, terdapat 8 titik panas di sumatera Selatan, Kalumantan Barat 1 titik, Kalimantan Tengah 1 titik panas, Kalimantan Selatan 1 titik panas, Kalimantan Timur 33 titik panas. Untuk hari ini, Sabtu 28 September 2019 tren penurunan kembali terjadi, pagi ini pukul 06.02 wib. Terdapat 136 titik panas di seluruh Indonesia. Khusus di wilayah rawan karhutla, di Riau terdapat 2 titik, Jambi 17 titik, Sumatera Selatan 3 titik, Kalimantan Barat tidak ditemukan titik panas, Kalimantan Tengah terdapat 4 titik, Kalimantan Selatan 1 titik, dan Kalimantan Timur terdapat 27 titik.
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh BPPT sangat membatu upaya pemadaman di darat, sehingga dapat menurunkan jumlah titik panas. Dalam satu minggu ini, hujan sudah turun di Provins Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat seperti di wilayah Singkawang Bengkayang, Sukadana, dan beberapa wilayah lainnya. Hujan juga turun di wilayah Kalimantan Tengah. Untuk Provinsi Riau, tim Manggala Agni, TNI, POLRI dan Masyarakat Peduli Api tetap menyiagakan 38 posko khusus di daerah rawan karhutla, dan masih dilakukan upaya pemadaman di Kecamatan Dumai Timur, Dumai Selatan, Medang Lampung, hingga Rengat. Wilayah-wilayah ini diketahui memiliki lahan gambut yang cukup dalam sehingga perlu dilakukan juga pemadaman darat. KLHK mencatat tidak terjadi hambatan dalam aktifitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru.
Provinsi Sumatera Selatan yang dalam beberapa hari mengalami hujan, juga menunjukkan penurunan titik panas. Namun, tim satgas masih melakukan pemadaman melalui darat untuk wilayah yang belum padam, seperti di Desa Muara Medak, Kecamatan Sungai Rotan, dan Kabupaten Muara Enim. Secara keseluruhan jarak pandang di wilayah rawan karhutla cukup baik, sehingga penerbangan masih dapat dilakukan di Provinsi rawan karhutla ini, seperti di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, dimana cuaca masih sedikit berasap, dengan jarak pandang 1km, namun tidak mengganggu penerbangan dari dan ke wilayah Kalimantan Tengah. Begitu juga dengan Kalimantan Barat, kondisi cuaca yang berawan, dengan jarak pandang 7 km, pukul 06.00 pagi tadi beberapa pesawat terbang berhasil take off.
Hingga 27 September kemari, sebanyak 211.216 kg garam telah disemai untuk mempercepat pertumbuhan awan sehingga turun hujan. Upaya waterbombing di seluruh kawasan Indonesia juga terus dilakuakn. Hingga kemarin, total 45 pesawat atau helicopter dikerahkan dan telah menggunakan 317.204.114 liter air untuk memadamkan api di seluruh kawasan Indonesia
2015 merupakan kondisi terparah dari karhutla di Indonesia, sehingga tahun tersebut menjadi dasar studi penanganan kebakaran hutan dan lahan nasional, namun dengan kondisi tahun 2019 yang mengalami jangka waktu kemarau lebih panjang dari tahun 2019, secara nasional usaha satgas karhutla mampu meredam penyebaran titik panas dan titik api sebesar 55,74% dibanding 2015, artinya secara umum pemerintah berhasil mengurai kusutnya bencana karhutla.
KLHK sendiri telah melakukan pembasahan lahan sejak Februari 2019 diseluruh wilayah Daerah Operasional (DAOPS) Manggala Agni. Tercatat ada 38 DAOPS Manggala Agni, dan secara keseluruhan tindakan pembasahan lahan yang dilakukan bersama dengan satgas, telah bekerja dengan jumlah personil sebanyak 29.039 personil. Untuk informasi hotspot harian dapat mengunjungi www.sipongi.menlhk.go.id yang selalu update setiap saat.(ADV)