PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mencatat pada bulan September 2023, terjadi penurunan jumlah hotspot yang drastis di Riau. Hal ini juga diakibatkan tingginya curah hujan di Riau dalam beberapa pekan terakhir.
Kepala Pelaksana BPBD Riau M Edy Afrizal mengatakan, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, jumlah hotspot atau titik panas di Riau pada September ini memang jauh menurun. Meskipun demikian, masih ada beberapa hotspot yang terpantau di Riau.
“Selama bulan September 2023 telah terjadi penurunan drastis dalam jumlah hotspot atau titik api di wilayahnya. Meskipun demikian, hotspot masih terdeteksi di Bengkalis dan dua titik di Rokan Hulu,” kata M Edy, Rabu (13/9).
Lebih lanjut dikatakannya, dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau, menurutnya sudah dilakukan sejak awal tahun lalu. Di mana penetapan status siaga darurat karhutla sudah ditetapkan lebih awal, sehingga koordinasi dan penanggulangan karhutla lebih maksimal dilaksanakan.
“Walaupun kita telah mencatat penurunan signifikan dalam jumlah titik api, kebakaran kecil masih tetap ada, dan kami terus mengatasi hal ini secara intensif. Kita memahami bahwa jika terlambat ditangani, dampaknya bisa sangat fatal,” sebutnya.
Dalam kesempatan tersebut, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat di daerah pesisir Riau untuk mewaspadai kiriman asap dari Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini disebabkan oleh adanya banyak titik api yang terdeteksi di wilayah tersebut, yang kemungkinan besar akan dibawa angin ke wilayah Riau.
“Hingga saat ini, situasi karhutla di Provinsi Riau telah terkendali dengan baik. Namun, kami ingin menegaskan bahwa satuan tugas di tingkat kabupaten/kota, provinsi, serta aparat Polri-TNI tetap siaga dalam menangani potensi kebakaran, meskipun skala kejadian saat ini cenderung kecil,” ujar Edy.
Atas kondisi tersebut, helikopter water bombing yang sebelumnya stanby di Riau, sebanyak dua unit dialihkan ke provinsi lain yang saat ini masih terjadi karhutla. Seperti di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jawa Timur untuk mengantisipasi kebakaran di beberapa gunung.
“Dua helikopter water bombing yang sebelumnya stanby di Riau, dialihkan ke provinsi lain. Yakni ke Sumsel dan Jawa Tengah,” ujarnya.
Dijelaskan Edy, awalnya ada lima unit helikopter water bombing yang stanby di Riau untuk mengatasi karhutla. Dengan adanya dua unit yang dialihkan ke provinsi lain, maka saat ini tinggal tiga unit helikopter water bombing yang stanby di Riau.
“Tapi dari tiga unit helikopter tersebut, satu helikopter masih dalam perbaikan. Sehingga hanya dua yang siap digunakan jika terjadi karhutla yang memerlukan pemadam dari udara. Namun, jika nantinya intensitas karhutla di Riau mengalami peningkatan. Maka kita akan kembali mengajukan agar helikopter tersebut kembali dikirim ke Riau,” sebutnya.(sol)