(RIAUPOS.CO) -- Warga Pekanbaru yang meninggal akibat menderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di tahun 2019 ini bertambah lagi menjadi dua orang. Sebagai antisipasi, masyarakat kembali diingatkan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan segera ke rumah sakit jika menderita demam tinggi yang naik turun.
Hingga pekan ke-29 tahun ini, jumlah penderita DBD di Kota Pekanbaru sudah menyentuh angka 284 orang. Dengan rincian Kecamatan Payung Sekaki sebanyak 55 kasus dan diikuti Kecamatan Tampan 49 kasus. Selanjutnya, Sukajadi 36 kasus, Marpoyan Damai 31 kasus, Tenayan Raya 25 kasus, Bukit Raya 22 kasus, Senapelan 15 kasus, Rumbai Pesisir 12 kasus, Rumbai 13 kasus, Sail 11 kasus, Limapuluh 10 kasus dan Pekanbaru Kota 5 kasus.
Dari penderita tersebut, DBD terbaru merenggut nyawa seorang anak berusia 3 tahun 11 bulan dengan nama Klaryanda Gistian. Dia merupakan warga Jalan Mangga Besar Komplek Perumahan Puri Amanah Kelurahan Tangkerang Timur Kecamatan Tenayan Raya. ‘’Benar (meninggal, red) karena DBD,’’ kata Plt Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kota Pekanbaru M Amin saat dikonfirmasi Riau Pos, Rabu (24/7).
Amin memaparkan, Klaryanda diketahui berada di tempat tinggal kakeknya di sekitar Kecamatan Tampan, Senin (15/7). Dua hari berselang, Rabu (17/7) dia menderita demam dan dibawa berobat ke klinik tak jauh dari rumah sang kakek. ‘’Satu hari dirawat, pasien dan keluarganya pulang kembali ke rumahnya di Jalan Mangga Besar, Tenayan Raya,’’ ungkapnya.
Baru sehari kembali ke rumahnya, Klaryanda pada Kamis (18/7) malam kembali menderita demam lagi. Dia baru keesokan harinya dibawa berobat. ‘’Hari Jumat 19 Juli pasien dibawa ke klinik Salsa Harapan Raya, malamnya pasien panas tinggi,’’ imbuhnya.
Kondisi Klaryanda usai dirawat di klinik ini sempat membaik seperti sebelumnya. Bahkan, Sabtu (20/7) dia terlihat sehat dan bisa bermain dan berlari-lari. Ahad (21/7) dini hari kondisinya memburuk. Pukul 03.40 WIB dia dilarikan ke RSUD Arifin Achmad dengan kondisi sudah kejang-kejang dan perdarahan. Sehari dirawat di RSUD, Senin (22/7) pagi pukul 09.55 WIB Klaryanda menghembuskan nafas terakhirnya.
Sebelumnya, pada April 2019 lalu, DBD sudah merenggut satu korban jiwa. Nazhif Ahmad Ashshiddiq (6), seorang bocah laki-laki warga Sukajadi meregang nyawa karena lambat ditangani. Bocah ini meninggal dunia setelah menderita panas tinggi.
Plt Kadiskes mengungkapkan, hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh petugas puskesmas keliling Puskesmas Tenayan Raya terdapat jentik nyamuk di kaleng cat di rumah Klaryanda. ‘’Tindakan-tindakan sudah di lakukan oleh Dinas Kesehatan,’’ jelas.
Sehari usai Klaryanda meninggal dunia, di sekitar kediamannya dilakukan fogging dengan radius 200 meter. ’’Ini untuk memutuskan mata rantai penularan DBD dengan membunuh nyamuk dewasa. Juga kita menganjurkan kepada masyarakat setempat agar melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan gotong-royong bersama. dan memberikan edukasi serta penyuluhan kepada keluarga yang mendapat musibah untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan 3 M plus yakni menutup, mengubur dan menguras,’’ urai pria yang juga merupakan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk KB) ini.
Di lingkungan tempat tinggal Klaryanda penyuluhan oleh Puskesmas Tenayan Raya akan dilakukan untuk seluruh masyarakat akhir pekan ini. ‘’Kami juga segera mengirimkan surat imbauan kepada seluruh camat dan lurah se-Kota Pekanbaru untuk mengajak masyarakat wilayah kerjanya bergotong royong dan menerapkan 3M Plus,’’ imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Kota Pekanbaru Maisel Fidayesi menambahkan, DBD dapat ditekan dengan kerja sama lintas sektoral.
‘’Perlu sinergitas pemerintah, swasta dan masyarakat. Tanpa kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku hidup bersih dan sehat, sulit memberantas DBD,’’ ucapnya.(yls)