TOROSIAJE (RIAUPOS.CO) -- Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Sosial melaksanakan Gerakan Nasional Peduli Mangrove, Pemulihan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Program Kampung Hijau Sejahtera di Kampung Terapung Torosiaje, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo (24/9).
Sebanyak 500 bibit mangrove dan 500 bibit pohon produktif ditanam bersama masyarakat untuk menghijaukan dan melestarikan lingkungan pesisir.
Ketua Program Kerja Bidang 5 Lingkungan Hijau OASE, Rugaiya Usman Wiranto menyampaikan, “Begitu banyak kekayaan manfaat dari ekosistem mangrove ini. Maka sudah sepatutnya ekosistem mangrove ini harus dijaga kelestariannya. Kegiatan penanaman serentak mangrove ini mudah-mudahan akan menginspirasi masyarakat, pemerintah daerah serta pemerintah pusat untuk terus menjaga dan memelihara serta memulihkan mangrove”.
Menurut Uga Wiranto, OASE Kabinet Kerja bekerjasama dengan berbagai kementerian yang memiliki program-program pemberdayaan masyarakat serta kementerian yang mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup. Melalui OASE Kabinet Kerja ini, diharapkan dapat mengubah pola pikir dan memberdayakan masyarakat agar dapat hidup mandiri, produktif, kreatif dan berkarakter.
OASE Kabinet Kerja dan KLHK sangat menaruh perhatian akan kelestarian ekosistem mangrove. Suatu ekositem mangrove dalam menjaga keseimbangan lingkungan pantai, pelindung erosi dan abrasi air laut, penyangga dan pencegah intrusi air laut, tempat berlindung/berkembangbiak berbagai jenis fauna dan biota laut, hingga sumber pendapatan masyarakat seperti pemanfaatan kayu dan non kayu serta ekowisata. Selain itu, kelestarian ekosistem mangrove berperan penting sebagai mitigasi bencana.
Berdasarkan data KLHK, lebar tanaman mangrove ± 100 m dengan ketinggian akar ± 30 cm sampai 1 m mampu mereduksi besarnya gelombang tsunami hingga ± 90%. Mangrove juga memiliki kemampuan menyerap emisi gas rumah kaca (GRK) 5 kali lebih baik dari tanaman hutan lainnya. KLHK telah merehabilitasi kawasan mangrove seluas 31.673 Ha melalui dana APBN dan terus akan melakukan program rehabilitasi mangrove minimal 2.000 Ha per tahun.
Lebih lanjut, Pemerintah juga mendorong pelibatan para pihak termasuk dunia usaha dalam gerakan rehabilitasi mangrove sehingga fungsi ekosistem mangrove sebagai mitigasi bencana dapat ditingkatkan. Selanjutnya KLHK mendorong dan memfasilitasi pengembangan model pengelolaan mangrove produktif melalui sistem budidaya silvofishery untuk meningkatkan produksi udang, kepiting, dan biota lainnya.
Uga Wiranto menambahkan, saat lingkungan sudah hijau dan lestari, masyarakat Desa Terapung Torosiaje harus menjaga kebersihan lingkungan khususnya sampah plastik. “Jika banyak sampah plastik yang mencemari lingkungan, tentu akan merugikan dari segi ekonomi maupun mengancam kesehatan manusia maupun biota laut. Mari kita memulai penggunaan plastik sekali pakai dan menerapkan pola hidup ramah lingkungan secara berkelanjutan,” ujar Uga Wiranto.
Selain menyerahkan bantuan 500 bibit mangrove dan 500 bibit pohon produktif, KLHK melalui Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Bone Bolango juga memberikan bantuan berupa 17 unit Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH). Fasilitas tersebut untuk mendukung ketahanan energi dan ketersediaan air bersih bagi masyarakat Desa Terapung Torosiaje sekaligus upaya mitigasi terhadap perubahan iklim.
Turut hadir dalam kegiatan penanaman mangrove bersama OASE Kabinet Kerja tersebut adalah Bupati Pohuwato beserta jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Gorontalo.