KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BP2LHK Banjarbaru, Pengembangan Produk Kerajinan Berbasis Purun Tingkatkan Ekonomi Lahan Basah

Advertorial | Minggu, 16 Juni 2019 - 09:57 WIB

BP2LHK Banjarbaru, Pengembangan Produk Kerajinan Berbasis Purun Tingkatkan Ekonomi Lahan Basah

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Banjarbaru mengenalkan alat pletes purun kepada pengrajin anyaman purun di Kampung Purun, Kelurahan Palam, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru (21/5). Langkah ini ditempuh untuk meningkatkan produktivitas.

Peneliti BP2LHK Banjarbaru Marinus Kristiadi Harun menjelaskan, “Kami memandang perlu untuk mengganti teknologi alat tumbuk dengan alat pletes purun, sebab kelemahan purun yang diolah dengan alat tumbuk mengalami pecah batang. Sedangkan jika diproses dengan alat pletes, purun tidak mengalami pecah batang,” katanya.

Selain itu, menurut Marinus, alat pletes purun mudah dioperasikan dan tidak memerlukan bahan bakar. Harga alat pletes purun juga relatif terjangkau, yakni sekitar enam juta rupiah. “Harapan kami dengan adanya alat pletes purun tersebut, produktivitas pengrajin purun dapat meningkat. Selain itu, kualitas anyaman dapat lebih baik karena purun tidak mengalami pecah batang,” ujar Marinus.

Alat pletes purun adalah satu unit alat yang terbuat dari bahan besi dengan bagian utama adalah dua buah batangan besi yang berfungsi sebagai penggilas batang purun agar dapat pipih.

Seperti diketahui, pengembangan produk kerajinan berbasis purun merupakan upaya yang dilakukan oleh BP2LHK Banjarbaru untuk turut berperan aktif menumbuhkan ekonomi lahan basah. BP2LHK Banjarbaru sedang berupaya mensosialisasikan sistem paludikultur, yakni budidaya tanaman yang adaptif terhadap genangan air, tanpa melakulan pengeringan lahan (drainase).

BP2LHK Banjarbaru telah melakukan penelitian terkait sistem paludikultur ini. Beberapa kearifan lokal telah diangkat untuk disosialisasikan kepada publik, salah satunya adalah potensi ekonomi purun dan sistem perikanan beje. Untuk purun, Marinus telah menjajaki pemasaran olahan purun berupa tali purun untuk memenuhi kebutuhan pengrajin di Wates, Kulon Progo dan Sukoharjo.

Selain purun, daun rasau (pandan sungai) dan daun kajang sangat diminati oleh pengrajin di dua daerah tersebut. Hal ini disebabkan kondisi daun pandan pantai (sea grass) sudah mulai langka di Jawa. Berbagai produk yang dihasilkan dari purun selain tikar dan tas adalah kerajinan berupa kap lampu hias.

Pada kesempatan tersebut, Marinus juga mensosialisasikan batang purun sebagai pengganti sedotan (straw) berbahan plastik. Marinus berharap hal tersebut dapat mengurangi limbah plastik dan meningkatkan nilai ekonomi purun.

Peluncuran alat bantu purun oleh BP2LHK Banjarbaru dilakukan bersama mitra antara lain Yayasan Pemberdayaan Ekonomi Lokal dan Banjarmasin Post. Sebagai informasi tambahan, masyarakat di Kampung Purun mendapatkan bantuan alat pletes purun tersebut dari CSR Haji Mardani H. Maming Official. Kampung ini dinamakan Kampung Purun karena rata-rata masyarakat di sana berprofesi sebagai pengrajin purun. Di sana terdapat tempat workshop untuk para wisatawan yang berminat mengetahui cara pengolahan purun hingga menjadi berbagai produk olahan. Beberapa pengrajin juga membangun galeri mini di rumah mereka. Berbagai produk olahan purun dipajang untuk memudahkan para wisatawan memilih dan membeli kerajinan purun.(ADV)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook