Menunggu Kayangan di "Surga" Zamrud

Siak | Kamis, 30 Desember 2021 - 10:57 WIB

Menunggu Kayangan di "Surga" Zamrud
Aktivitas nelayan di tepian Danau Zamrud, beberapa waktu lalu. (MUHAMMAD AMIN)

Danau Zamrud bisa dikatakan salah satu "surga" tersembunyi di Riau. Danau rawa gambut ini terbilang terjaga ekosistemnya dengan bentangan alam yang kaya dengan keanekaragaman flora dan fauna. Salah satunya ikan arwana yang kerap juga disebut kayangan. Sayangnya, ikan “surga” itu pelan-pelan menghilang dari habitatnya di Danau Zamrud. Bahkan setelah ada pelepasliaran pun, mereka seakan kembali “menghilang”. Apa yang terjadi?

Laporan Muhammad Amin, Dayun


Danau kayangan alias danau surga. Itulah bayangan banyak pengunjung saat mengunjungi danau ini.  Termasuk beberapa anggota rombongan ekspedisi PWI Riau, Sabtu (27/11) lalu. Cerita yang didapat, ikan kayangan banyak sekali di sini. Berbagai promosi soal ikan kayangan juga cukup masif. Habitatnya asli dan mereka endemik di danau ini. Keaslian danau ini juga sangat terjaga. Keindahannya juga. Bak surga yang tersembunyi. Bagai kayangan di dunia nyata.

Kawasan ini memang seperti tersembunyi. Kapal cepat (speed boat) harus melambatkan laju saat akan memasuki perairan bernama Danau Zamrud ini. Sungai yang sejatinya lebar, sekitar enam hingga sepuluh meter, hanya bisa dilalui seluas satu hingga dua meteran dengan perahu. Bahkan ada tumbuhan yang selalu bersinggungan dengan perahu. Berbagai tumbuhan di pinggir sungai melebar hingga ke tengah sungai. Artinya, tumbuhan itu nyaris tidak pernah dibersihkan. Pengunjung jarang sekali datang ke tempat ini. Beberapa menyebut, akses menuju Danau Zamrud ini Sungai Air Sejuk. Airnya memang sejuk, terlindungi pepohonan asli. Sebutan lebih populer adalah Sungai Rasau. Pohon Rasau setinggi enam hingga sepuluh meter menghiasi kiri dan kanan sungai. Sekitar 15 menit menyusuri sungai, Danau Zamrud pun terhampar. Bayangan akan disambut ikan kayangan yang mengambang di danau tidak terjadi. Bahkan hingga akhir perjalanan. Cerita miris ternyata ada di balik itu. Ikan-ikan kayangan itu sudah lama tidak muncul ke permukaan. Aksi perburuan hingga menghilang misterius jadi penghias cerita.

Perburuan ikan arwana di Danau Zamrud disinyalir marak terjadi sebelum era 1990-an. Harga yang fantastis membuat ikan “surga” itu menjadi target buruan. Belakangan, perburuan itu memang berkurang, tapi disinyalir tetap ada. Tak hanya masyarakat lokal, namun juga orang luar melakukan perburuan itu. Tentu saja ada kolaborasi di sana. Apalagi, perburuan ikan arwana ketika itu tidak diatur. Masyarakat sekitar biasa memanfaatkan hasil hutan, termasuk ikan-ikan asli Danau Zamrud seperti baung, toman, tapah, termasuk arwana. Harga ikan arwana yang mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah per ekornya- berbeda dengan ikan lainnya seperti tapah, baung, atau toman- menjadikannya sasaran perburuan paling dicari.

Danau Zamrud (M Amin)
Bentangan Danau Zamrud. (MUHAMMAD AMIN)

“Dulu itu sebelum tahun 1990-an, disauk saja di malam hari dapat. Ikan kayangan banyak dan jinak di malam hari,” ujar warga Desa Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Setiono, kepada Riau Pos, beberapa waktu lalu.

Setiono merupakan seorang kader konservasi dari Sungai Rawa yang dibina Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Sederet penghargaan lingkungan hidup pernah diterimanya. Mulai dari Wahana Lestari 2016 hingga Kalpataru 2019.

Perburuan arwana di alam liar Danau Zamrud terbilang tidak sulit. Ikan ini tenang di malam hari. Bahkan jika disenter pun, mereka tak bergerak. Sama sekali tidak terganggu. Sama seperti ikan gabus atau beberapa ikan sejenis yang diburu hanya bermodalkan senter dan tangguk atau bahkan parang. Sebelum larangan perburuan arwana, warga di sekitar Danau Zamrud juga terbiasa menangkap ikan ini.

Di era tahun 1980-an, perburuan ikan arwana bahkan lebih masif. Masyarakat tradisional di sekitar Danau Zamrud kerap berburu arwana di malam gelap. Bahkan ini sempat menjadi tradisi yang dilakukan beramai-ramai. Ketika itu, arwana memang menjadi simbol keagungan dan keindahan Danau Zamrud. Mereka permata di tengah zamrud. Ikon terkuat danau ini. Jumlahnya juga melimpah. Tak terpikir akan punah.

“Dulu sering juga orang luar datang,” ujar Setiono.

Akses ke Danau Zamrud terbilang terbuka dari arah Sungai Rawa, melalui Sungai Apit. Jaraknya memang lebih jauh dengan perjalanan yang relatif lebih panjang. Bisa mencapai 3 jam perjalanan. Akses lain menuju Danau Zamrud yang lebih cepat, hanya sekitar 1 jam adalah melalui gerbang Badan Operasi Bersama (BOB) Bumi Siak Pusako (BSP)- Pertamina Hulu. Akses ini tentu saja relatif lebih tertutup. Tidak sembarangan orang boleh masuk melalui akses ini. Kendati lebih dekat ke Danau Zamrud, tapi jarang yang masuk lewat akses ini.

Danau Zamrud terdiri dari dua bentangan perairan. Akses dari BOB melalui Sungai Rasau menembus Danau Atas. Terdapat sungai kecil yang bisa dilalui sekitar satu jam menuju danau satunya lagi yang dinamakan Danau Bawah. Dari Danau Bawah, aliran rawa gambut ini mengalir melalui Sungai Rawa ke laut di Sungai Apit. Akses menuju Danau Bawah ini yang relatif mudah dimasuki masyarakat umum, melalui Desa Rawa Mekar Jaya. Perburuan kayangan kebanyakan dilakukan di sini. Begitu juga beberapa hewan liar yang dilindungi banyak diburu melalui akses ini. Bahkan aktivitas pembalakan liar alias ilegal logging, yang beberapa kali ditangkap kepolisian, berasal dari akses ini.

 

Fenomena Perburuan sang "Ikan Surga"

Harganya yang fantastis hingga jutaan rupiah membuat ikan kayangan ini diburu di banyak titik di Danau Zamrud. Tapi belakangan, perburuan arwana sudah makin berkurang. Bahkan nyaris tidak terdengar lagi. Setidaknya minim laporan dari masyarakat, BBKSDA, hingga LSM lingkungan. Ada beberapa penyebab. Pertama, akses menuju perburuan arwana ini yang sudah sangat sulit. Pihak BBKSDA telah melakukan pembinaan terhadap masyarakat di beberapa desa yang kehidupan mereka memang tergantung kepada alam di Danau  Zamrud dan bentangan alam di sekitarnya. Selain menjaga hutan dan flora umumnya, beberapa hewan liar yang dilindungi juga menjadi larangan perburuan. Termasuk arwana. Ada dua kelompok yang dibentuk BBKSDA dengan melibatkan masyarakat tempatan. Kelompok Dayun di Danau Atas dan Kelompok Sungai Rawa di Danau Bawah. Masing-masing beranggotakan 20 orang. Mereka diberi keramba, bibit ikan, bahkan speed boat. Beberapa jenis ikan sudah mulai dibudidayakan di dalam kawasan Danau Zamrud ini, misalnya gabus, toman, atau tapah.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook