Melihat kondisi itu, penghuni barak terdiri dari dua keluarga tidak berani menelusuri. Situasi itu dilaporkan ke perangkat Kampung Teluk Lanus.
"Jarak dari lokasi ke Teluk Lanus ke lokasi sekitar 2 jam menggunakan pompong. Kami turun dari kampung sembilan orang," jelas Kenang.
Lokasi kebun sawit milik perusahaan PT Uniseraya dari barak sekitar 2 sampai 3 kilometer. Sementara barak tidak jauh dari tepi laut, hanya sekitar 100 sampai 150 meter.
Dan proses mengelolaan amdalnya baru selesai dibahas di tingkat kecamatan. Sejak beroperasi, tidak ada pembicaraan tentang hak-hak yang harus dipenuhi perusahaan untuk warga Teluk Lanus. Tentu saja hal itu perlu dikaji pihak perusahaan, memperhatikan warga sekitar.
"Kami sampai di lokasi pada Ahad (29/8) sekitar pukul 23.00 WIB. Suasana mencekam begitu terasa. Kami menghidupkan senter, dan membawa sejenis obor menelusuri jejak darah korban. Sekitar 200 meter ke dalam semak, kami temukan jasad korban tanpa kepala dan kemaluannya juga hilang," jelas Kenang.
Menurut Kenang, Suasana haru menyelimuti barak perusahaan itu ketika jasad korban dibawa ke barak. Ibu korban histeris dan warga lainnya ikut menangis.
Harimau memangsa manusia dalam dua bulan terakhir sudah dua kali terjadi. Pertama warga Serapung, Teluk Meranti, diterkam di Tasik Belat, Kampung Teluk Lanus, ketika mereka dan teman-temannya mencari kayu. Meski hanya melukai kaki korban, namun konflik manusia dengan harimau sudah dimulai dan tetap saja menjadi perhatian serius.
Demikian dikatakan Penghulu Teluk Syahroni. Lalu disusul dengan tewasnya Malfa Alfarel (15) pada Ahad (29/8) senja di barak atau basecamp PT Uniseraya, Kampung Teluk Lanus yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan kebun sagu. "Sementara memangsa hewan ternak, mulai dari unggas sampai kambing dan anjing, sudah dua kali," jelasnya.
Saat ini, suasana di Kampung Teluk Lanus jika hari beranjak malam mulai mencekam. Tidak ada lagi warga yang keluar rumah. Anak mengaji petang sudah pulang, demikian juga warga ke kebun juga tengah hari sudah pulang.
Atas kondisi itu, Syahroni berharap kepedulian pemerintah kabupaten. Sebab masyarakat memang memerlukan perhatian.
Sementara Bupati Siak H Alfedri mengaku turut berduka atas jatuhnya korban. Dia berharap BBKSDA dapat memberikan solusi yang cepat, sehingga aktivitas di Teluk Lanus dapat kembali pulih.
"Saya juga berharap kepada siapa pun agar dapat menghargai kearifan lokal, sehingga semua dapat berjalan dengan baik," kata Alfedri.
Perlu duduk bersama untuk membahas hal ini, sehingga ada solusi konkrit, untuk menyelamatkan warga dan juga hewan yang dilindungi yang habitatnya terus berkurang.
Turunkan Tim dan Kandang Perangkap
BBKSDA Riau hingga saat ini belum bisa memastikan apakah korban inisial MA (16) tewas diduga diterkam harimau sumatera atau tidak.
Pasalnya, pihak BBKSDA Riau masih menunggu hasil observasi dari tim BBKSDA Riau dan olah TKP yang akan dilakukan oleh pihak kepolisian. Hal itu diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Teknis BBKSDA Riau, M Mahfud kepada Riau Pos, Senin (30/8) sore.
Ia mengatakan bahwa pihaknya begitu mendapat laporan langsung menurunkan tim untuk melakukan observasi dan sekaligus menyiapkan kandang perangkap. Lanjutnya, namun upaya tersebut merupakan upaya terakhir apabila setelah dilakukan observasi disana dan menunjukkan bahwa korban tersebut benar-benar tewas akibat diterkam harimau sumatera.
"Jika memang benar bahwa korban tewas akibat diterkam atau konflik dengan harimau maka baru kita lakukan upaya tersebut," ujar M Mahfud.(mng/dof)