KOLOM ALINEA

Mama Minta Pulsa, Papa Minta Pulsa Juga

Seni Budaya | Minggu, 27 Desember 2015 - 01:45 WIB

BELAKANGAN ini  berseliweran  di     ruang siber  (cyberspace)  (dalam Facebook, Twitter, Instagram, Line, Washapp, Path) meme orang terkenal Indonesia, mulai dari Farhat Abbas, Syahrini, Jokowi, Megawati, hingga (yang gres) Setya Novanto.

Meme perihal Setya Novanto misalnya, mencuat kala ia masih menjabat sebagai Ketua DPR RI menghadiri kampanye calon Presiden Amerika Serikat  (sekaligus pengusaha ternama) Donald J. Trump. Aksinya itu menuai beragam kritik yang dituangkan netizen dalam bentuk meme. Tanggapan lebih seru diperoleh Setya Novanto terkait perpanjangan (ilegal) kontrak karya PT Freeport. Ulah Setya Novanto, yang diduga mencatut nama Presiden Jokowi untuk memperoleh “bagian,” melahirkan beragam meme yang bertema “Papa Minta Saham” (analogi dari kejahatan mama minta pulsa).

Baca Juga :Balai Bahasa Provinsi Riau Ingin Terus Berkolaborasi

Meme-meme tersebut membuat netizen geli. Betapa tidak, ada sebuah meme memuat foto pengemis tetapi berwajah Setya Novanto (memelas) sedang menadahkan tangan berikut tulisan pada bagian bawah: “NASIB AKHIR...!!! PAPA MINTA SAHAM” (meme 1) Sepintas, memang terlihat lucu karena politisi Partai Golkar itu berubah menjadi pengemis kumal. Begitu juga dengan meme yang memuat foto Setya Novanto sedang menelepon berikut tulisan “TOLONG KIRIM PULSA UNTUK ANGGOTA MKD” (meme 2): dulu ada mama minta pulsa sekarang ada Ketua DPR minta pulsa. Apakah sekadar kelucuan?

Apabila dicermati meme tersebut dapat digolongkan sebagai teks humor satire. Fungsi sosialnya barangkali adalah untuk menertawakan kelakuan seseorang (Setya Novanto). Struktur teksnya terdiri atas aspek visual (foto berwajah Setya Novanto dan foto Setya Novanto sedang menelepon) dan verbal (“NASIB AKHIR...!!! PAPA MINTA SAHAM” dan “TOLONG KIRIM PULSA UNTUK ANGGOTA MKD”). Pemaknaan teks itu tentu tidak berhenti sampai di situ. Konteks (sosial, budaya, dan politik) yang melahirkannyalah yang membernaskannya.

Walaupun seperti humor (yang identik dengan kelucuan), teks tersebut lebih ditujukan sebagai sebuah satire untuk menyindir (oknum) pejabat publik yang tidak lagi menjalankan amanah yang diberikan oleh rakyat. Apapun jabatan seseorang, apabila sudah meminta-minta, ia tidak ubahnya seperti seorang pengemis yang meminta recehan di pinggir jalan. Barangkali itulah yang ingin disampaikan oleh si pembuat meme 1.

Meme 2 dapat dinilai orang lebih tajam. Selain si pembuat bermaksud menggambarkan manuver politik Setya Novanto agar para anggota MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) meringankan hukumannya atau tidak menjatuhkan sanksi sama sekali (Berita Satu), juga seperti menyeret MKD. Interpretasi semacam ini dapat dikaitkan pula dengan beragam meme terkait MKD (misalnya, ada meme yang memuat gambar anggota MKD berikut tulisan “MAHKAMAH Konco Dewe”) juga beragam pendapat yang mempertanyakan ketiadaan putusan sanksi dalam sidang MKD terkait kasus papa minta saham itu.

Jokowi, Presiden RI,  pun tak luput dari ulah kreatif netizen. Program Jokowi untuk keluarga miskin Indonesia mulai  dari Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKS), justru berujung pada “Kartu Indonesia Sabar.” Dalam meme “Kartu Indonesia Sabar,” terpampang foto Jokowi memegang sebuah kartu merah putih (tangan kanan) dan pelantang (tangan kiri) dan tulisan “Jangan panik, setelah kenaikan harga BBM ini, saya akan meluncurkan kartu baru... KARTU INDONESIA SABAR.” Sungguh itu sebuah teks humor satire sempurna, telak: membuat netizen lain ngakak sekaligus menyuarakan ketidakberdayaan terhadap kebijakan penguasa (sabar). Secara kontekstual, meme itu berakar dari kebijakan Jokowi pada awal pemerintahannya: menaikkan harga BBM. Tak lama berikutnya, masyarakat juga merasakan kenaikan tarif dasar listrik (TDL), dan harga gas pun ikut naik serta sering hilang di pasaran.

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook