CERPEN JUMADI ZANU ROIS

Tuli

Seni Budaya | Minggu, 03 Januari 2016 - 00:00 WIB

“Orang kampung kita ni, macam tak jera, Lim. Setiap waktu dibengak, para calon anggota Dewan tu. Setiap kali nak mencalon, entah darimana asal-usulnya, datang semua kekampung kita ni. Nak mintak suara. Kalau dah menang, tak satu pun datang lagi,” jelasnya dengan nada emosi.

“Dah paham aku tu, Man. Tak di mana-mana tu. Semua sama,” jawabku.

Baca Juga :BBPR Gelar Bedah Kumpulan Cerpen

“Aku dah sering mengingat. Kalau nak pilih calon, pilih yang betul-betul berniat nak membantu,” tambahnya lagi.

“Bagusnya engkau yang mencalon, Man. Aku rasa engkau, besar kemungkinan bisa menang. Engkau bisa pegang beberapa desa tetangga. Aku rasa, minimal engkau bisa pegang lima desa. Itu sudah cukup, Man,” usulku menjawab keluh kesah sahabatku itu.

Beberapa saat Azman terdiam. Handphone masih menempel di telingaku.

“Itulah rencananya, lim. Pemilihan tahun ini aku ingin mencalon rencananya. Tapi, aku tak cukup banyak biaya, Lim. Tak tahulah aku nak cari duit kemana. Politik itu harus banyak duit, Lim. Tak cukup dengan orang kenal kita orang baik sebagai orang baik saja.”

“Masalah itu jangan engkau Risau. Apa pun yang engkau perlu, selagi aku bisa bantu, aku bantu.”

Sejak itu, aku bertekat membantu sahabatku itu. Dari mulai biaya, sampai mengenalnya dengan para pengurus partai. Kesibukanku, membuat aku harus membantu Azman lewat Hp. Aku tak sempat bertemu dengannya. Sampai aku mendengar dia menang di pemilihan. Dan duduk sebagai Ketua di Komisi V. Mengurus pembangunan daerah tertinggal.

Kemenangan Azman, juga merupakan kebahagian buatku. Bukan aku karena berharap Azman membalas kebaikanku, tidak sama sekali. Lagipun,apa yang telah aku lakukan tak seberapa dibandingkan yang dibuat Azman kepadaku. Hanya sekali ini Azman menerima pertolonganku. Sebelumnya, sejak kecil lagi, Azman tak pernah meminta kepadaku, bahkan sering menolak pertolongan dariku.

Mendapat kabar kemenangan Azman, melalui SMS. Azman menyampaikan itu langsung kepadaku.

“Kepada sahabatku, Salim. Semua kebaikan tulus yang engkau berikan kepadaku, telah menjadi dikabulkan oleh Tuhan. Dari sekian banyak hal yang paling berharga dalam hidupku, pertolonganmu, adalah salah satunya. Semoga kemenangan ini, langkah awal kita untuk menjadikan kampung kita lebih maju lagi. Kehadiraanmu saat pelantikan nanti, sangat aku harapkan.”









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook