“Kalau musim hujan nanti, suruh Azman menebas getah belakang rumah tu Ros,” kata Atah Mat kepada istrinya, Ros.
“Iya Juga tu, Bang. Dapat juga membantu duit sekolah dia."
***
Malam ini, semua kenangan semasa kecil bersama Azman muncul dibenakku. Tak ada satu pun hal buruk tentang sahabat karibku itu. Dia begitu baik. Baik sekali. Hampir saja dia menjadi manusia sempurna. Oleh sebab itu, aku sangat betah berteman dengan beliau. Dia juga satu-satu teman yang dipercayakan orang tuaku untuk berkawan.
“Pokoknya, kalau engkau dengan Azman, aku baru berani melepas engkau merantau. Karena aku sendiri, tak percaya dengan engkau,” ayah mengingatkanku sewaktu ingin berangkat ke Ibukota Provinsi untuk melanjut kuliah. Begitu pula Azman. Dia melanjut kuliah dijurusan Ilmu Pemerintahan. Mendapat Beasiswa dari Kabupaten berkat prestasinya selama sekolah. Sedang aku, mengambil jurusan Ekonomi. Kami satu perguruan tinggi.
Selama kuliah, aku hanya tinggal dengan Azman. Selain itu merupakan pesan orang tuaku, aku juga ingin membantu Azman. Agar Azman tak mengeluarkan biaya sewa rumah. Karena kontrakan yang kami diami, dibayar sepenuhnya oleh orang tuaku.
Semasa kuliah pun, sifat rajinnya itu terus dibawanya. Setiap hari, ada saja kerjaan yang dibuatnya. Dari pekerjaan didalam kampus, sampai diluar kampus. Tak jarang aku hanya bertemu dengannya kala subuh, berpisah lagi ketika pagi. Meski begitu, dia tidak pernah absen dengan mata kuliah.
“Untuk apa engkau penat-penat lagi kerja, man? Bukankah biaya kuliah engkau sudah ada yang memberi? Bahkan lebih?” tanyaku suatu waktu.
“Selagi tuhan memberi kita rezeki, kenapa ditolak,” jawabnya. Sambil mengulurkan selembar uang seratus ribu kepadaku.
“Ni, aku dapat rezeki tadi. Jangan ditolak. Anggap saja itu rezeki engkau,” katanya memaksa.
Azman memang baik. Sangat baik.
***
Kini sudah sepuluh tahun kami berpisah. Sejak dia selesai kuliah, dan memilih pulang kampung. Sedang aku saat itu, masih berkutat dengan buku-buku untuk menyelesaikan skripsiku. Selesai pun aku kuliah, aku tak juga pulang kampung. Karena mendapat pekerjaan di kota lain. Serta mendapat jodoh disana.
Sejak saat itu kami hanya berkomunikasi dengannya melalui Handphone. Semua hal tentang kampung aku dapat darinya. Dari hal-hal yang menyenangkan, sampai hal-hal yang menyedihkan. Tapi lebih banyak dia menceritakan hal yang menyedihkan.