CERPEN SANDZA

Sepasang Ibu

Seni Budaya | Minggu, 25 Oktober 2015 - 01:00 WIB

Sepasang Ibu

Usiaku sedang memanggul gelar remaja. Mereka secara terang-terangan menceritakan tentang perasaan ganjil itu. Perasaan yang tak bisa mereka sembunyikan lagi. Mereka menganggap aku sudah cukup dewasa untuk mengetahui peran mereka di dunia. Agar tak dihantui segala macam rasa curiga yang sudah mulai kucium. Tiba-tiba sepenggal tanya bergelanyut di kepala; apa aku seperti mereka? Pertanyaan ini kerap menggedor rongga dada karena sampai usiaku menginjak angka ranum remaja, 17, sebuah nama bernama pria belum mampir di sanubari.  Apalagi gelar siswaku bermukim di sekolah khusus perempuan.

Harusnya rasa kagumku kepada mama dan ibu berubah menjadi takjub, setelah mendengar kelanjutan cerita para tetangga. Kali ini mereka bilang kalau hati Mama dan Ibu benar-benar tercipta dari sekerat ruh malaikat. Bayangkan saja, mereka bercerita mana mungkin ada istri pertama dan kedua yang mau merawat anak istri ketiga.

Baca Juga :BBPR Gelar Bedah Kumpulan Cerpen

Dadaku bergemuruh kala berita tersebut mendarat di telingaku. Mungkin saja ini hanya akal-akalan mama dan ibu saja menyayangiku seperti anak mereka agar peran mereka tak terendus hidung tetangga. Kalau pun benar apa yang diceritakan para tetangga, aku hanyalah dijadikan anak karena mereka tak bisa melahirkan anak. Tentu saja aku berkata seperti ini karena biaya mengadopsi anak itu harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit. Lebih dari itu, manalah ada panti asuhan yang membiarkan anak asuhnya diadopsi oleh sepasang perempuan, bukan sepasang suami-istri.

Mama dan ibu akhirnya menganggukkan kepala. Mengakui kalau aku tak pernah bermukim di rahim mereka. Lidah mereka akhirnya mengurai cerita kalau ibu kandungku meninggal dalam perjalanan ke luar kota bersama ayah.

Benarkah cerita mama dan ibu ini? Aku malah mulai menanam keyakinan dalam hati kalau sebenarnya ayah dan ibu kandungku sengaja nyawanya mereka persembahkan kepada Izrail lebih cepat karena ayah sudah mencium kelakuan ganjil mereka. Atau, mungkin memang benar jika ayah menikah untuk ketiga kalinya karena dari mereka berdua ayah tak mendapatkan kebahagiaan karena mereka terlalu dingin kepada lelaki.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook