(RIAUPOS.CO) - Rumah Seni Suku Riau menggelar diskusi seni rupa, Rabu (11/4/2018) kemarin. Tema yang didiskusikan bertajuk "Kartun dan Literasi Visual Kita" dengan menghadirkan Furqon Elwe sebagai pemantik diskusi. Furqon mengatakan bahwa kartun-kartun opini yang terbit di media cetak, turut berperan dalam meningkatkan kemampuan literasi visual masyarakat dalam menerima informasi. "Hanya, peran tersebut perlahan berkurang seiring banyaknya media cetak yang tutup. Kondisi ini diperparah dengan minimnya media daring yang menyediakan ruang untuk kartun opini," papar Furqon.
Tentang respon terhadap kartun yang sempat menjadi polemik beberapa waktu lalu, Furqon mengatakan karena kartun juga merupakan karya seni yang multi tafsir, sering ditafsir berbeda yang menimbulkan respon berbeda pula. "Fungsi humor dari kartun juga bisa menyebabkan respon yang berbeda dari audiens. Tawa itu seringkali selalu milik sebuah kelompok," kata Furqon mengutip teori humor Henry Bergson, filsuf Perancis. Akibatnya, wajar jika ada yang di luar kelompok, alih-alih ikut tertawa, malah tersinggung sehingga merespon. "Sepanjang meresponnnya dalam koridor yang dilindungi undang-undang ya wajar saja. Termasuk demo, yang penting jangan anarkis. Di sinilah pentingnya meningkatkan kemampuan literasi visual masyarakat," tambah ketua Sikari ini.
"Tapi saya juga tak sepakat masyarakat pembaca selalu disalahkan sebagai pihak yang kurang literasi visualnya. Saya malah menyarankan pada kawan-kawan kartunis untuk lebih peka dan respek terhadap kondisi riil masyarakat Indonesia yang begitu majemuk. Kartunis harus lebih hati-hati ketika bersentuhan dengan wilayah-wilayah sublim dalam karya. Gampangnya, jangan SARA dalam karya," kata Furqon.
Diskusi yang digelar hampir tengah malam tersebut diramaikan oleh peserta komunitas seni dan umum. "Diskusi seni hanya merupakan salah salah satu program rutin Rumah Suku yang diadakan tiap Rabu malam," kata Marhalim Zaini, pimpinan Rumah Suku.(fed)