PERTEMUAN PENYAIR LIMA NEGARA

Memantun Temasek

Seni Budaya | Minggu, 07 Februari 2016 - 00:33 WIB

Memantun Temasek
Para penyair dari lima negara foto bersama seusai acara. (KUNNI M/RIAU POS)

Keesokan paginya, Sabtu (30/1), semua penyair dibawa ke Tampines Primary School, Tampines. Sebelum berangkat, mereka mengemas rumah, melipat kasur dan menyusun bantal yang menutup hampir seluruh permukaan lantai di bungalow. Tidak hanya di lantai bawah tapi juga di kamar lantai atas. Ya, bungalow itu memang bertingkat. Jarak antara satu bungalow dengan bungalow yang lain hanya tiga meter. Sangat dekat. Di situlah semua yang hadir menghabiskan malam. Satu kasur, bahkan satu bantal. Mereka juga masak bersama Bonda, lalu berangkat bersama-sama dengan menggunakan Light Rail Transit (LRT).

Di Primary School (setingkat SD) itulah acara peluncuran buku Senandung Tanah Merah dilaksanakan. Ruang yang cukup kecil dengan panggung terap 3x2 meter dan 100 kursi, itu penuh. Selain para penyair serumpun yang pantunnya dimuat dalam buku, juga hadir penyair-penyair, seniman dan budyawan Singapura. Di antaranya Suratman Markasan, Darwis, EF Kamaluddin (teaterawan) dan masih banyak lainnya.


‘’Kami turut bergembira dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Rohani Din yang telah menyelenggarakan pertemuan penyair dan sasterawan serumpun ini. Tahniah, sekali lagi tahniah. Pantun dan memantunlah untuk Temasik,’’ ujar Setiausaha Parlemen Ehwal Dalam Negeri Singapura, Encik Amrin Amin saat meluncurkan buku tersebut.

Selain membacakan dan menyairkan pantun, para penyair juga mendeklarasikan ikrar bangsa pantun yang dipimpin Rohani Din dan Mosthamir Thalib sehingga hari itu dinobatkan sebagai hari pantun Singapura. Penyair juga bergantian membaca puisi. Semua mewakili daerah dan negara mereka. Nik Mansour, penyair asal Thailand, juga membacakan puisi, bahkan melagukan dalam bahasa aslinya. Begitu juga dengan para penyair dari Riau, Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Pertemuan di Tampines itu pun berakhir dengan jamuan makan malam.

‘’Pertemuan penyair seperti ini sangat jarang ada. Apa yang dilakukan penyair Ani Din, cukup menggugah semangat kita semua. Hendaknya dilaksanakan selalu, paling tidak setahun sekali. Kitapun bisa berbagi dan kembali menjalin silaturrahmi, apalagi sudah lama tak bertemu,’’ harap penyair Singapura, Suratman Markasan.

Para penyair serumpun tidak hanya membacakan puisi di dalam gedung. Ahad pagi (31/1), para penyair serumpun dibawa ke tepian pantai Tanah Merah, sekitar 500 meter dari bongalow tempat bermalam. Sambil menikmati juadah sarapan pagi seadanya, mereka mengekspresikan segala macam pantun dan puisi bahkan hingga berpindah di salah satu hotel di kawasan yang lain. Pertemuan serumpun berakhir dengan saling berbagi pengalaman selama di Singapura Ahad malam itu.

‘’Pertemuan penyair serumpun ini cukup sederhana. Konsepnya juga sederhana. Kita tidak hanya berekspresi di dalam gedung, tapi juga di alam. Namanya juga dibuat secara pribadi, jadi apapun kondisinya sangat kita maklumi. Dengan tidur bersama, makan bersama dan tinggal beramai-ramai dalam satu rumah atau bungalow, justru menambah keakraban dan mempererat silaturrahmi,’’ beber Husnu Abadi, penyair Riau.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook