PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Flu Singapura adalah salah satu penyakit yang sangat menular, dan menyerang anak-anak. Beberapa waktu lalu, flu Singapura ini menjadi ramai diperbincangkan masyarakat di Indonesia, tak terkecuali masyarakat Riau.
Apalagi kasus menyerupai flu Singapura sempat ditemukan di Batam, Kepulauan Riau (Kepri) yang merupakan tetangga Provinsi Riau. Di mana sejumlah anak di Batam terserang penyakit dengan gejala mirip flu Singapura atau penyakit tangan, kaki, dan mulut.
Kelompok Staf Medis (KSM) Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Riau dr Dian Patrica Amri MKed (Ped) SpA mengatakan, Flu Singapura atau bahasa ilmiahnya adalah Hand Foot Mouth Disease merupakan penyakit infeksi virus akut bersifat self limiting, biasanya ditandai dengan vesikel ditelapak tangan, telapak kaki dan mukosa oral. Penyakit ini disebut flu Singapura karena pada tahun 2000 pernah terjadi wabah di Singapura yang menyebabkan beberapa anak meninggal dunia.
"Semua orang bisa terkena flu Singapura. Namun, paling sering mengenai bayi dan anak usia di bawah 5 tahun. Ketika seseorang pernah terinfeksi flu Singapura, maka dia akan mempunyai kekebalan terhadap
penyakit tersebut. Karena flu Singapura disebabkan oleh beberapa virus berbeda, seseorang bisa terkena flu Singapura lebih dari sekali," katanya.
Dijelaskannya, penyebab penyakit ini adalah virus dari Genus Enterovirus. Spesies Enterovirus yang paling sering menyebabkan flu Singapura adalah Coxsackievirus dan Human Enterovirus 71. Tanda-tandanya yakni, setelah masa inkubasi 3-6 hari, biasanya pasien akan mengeluh demam tidak terlalu tinggi, lemas, nyeri perut dan gejala saluran nafas bagian atas seperti batuk dan nyeri tenggorokan serta pembesaran kelenjar getah bening leher dan submandibular.
"Gejala awal ini biasanya berlangsung 1-2 hari. Setelah itu muncul lesi oral yang nyeri, paling sering dijumpai di lidah, mukosa pipi dan langit langit. Selain itu muncul bintik kemerahan berisi cairan bening terutama di telapak tangan dan kaki. Jumlahnya bervariasi dari beberapa hingga sangat banyak. Lesi ini dalam beberapa hari kering menjadi keropeng bahkan bisa menimbulkan jaringan parut. Pada kondisi berat lesi kulit ini bisa sampai menyebar ke lutut dan siku," paparnya.
Terkait bagaimana deteksi dini dan apa tindakan pertama yang dapat dilakukan jika terkena flu Singapura, menurutnya orang tua perlu waspada jika ada orang terdekat yang terkena flu Singapura dan menghindari kontak dari orang atau anak yang terkena flu Singapura. Jika muncul keluhan, jangan panik dan segera melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan tata laksana dan edukasi yang lebih tepat.
"Tidak ada pengobatan khusus untuk flu Singapura, pengobatan bersifat simptomatik untuk mengatasi keluhan yang ditimbulkan. Parasetamol dapat diberikan untuk mengatasi demam dan nyeri. Kompres hangat dan pemberian minum yang lebih sering juga membantu menurunkan demam anak. Cairan adekuat perlu untuk mencegah dehidrasi akibat lesi oral yang nyeri, mungkin diperlukan hidrasi intravena jika dehidrasi sedang hingga berat atau jika asupan oral terbatas pada anak yang lebih besar, kumur-kumur dengan obat kumur dapat mengurangi nyeri akibat luka luka dimulut," sebutnya.
Untuk menghindarinya, dapat dilakukan dengan membiasakan hidup bersih. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sering mencuci tangan dengan air dan sabun. Cuci mainan yang terkontaminasi liur dan menutup mulut saat bersin dan batuk. Hindari kontak seperti mencium, memeluk atau menggunakan bersama peralatan makanan penderita flu Singapura.
"Selain itu penting menjaga kebutuhan nutrisi yang optimal dan mendapatkan imunisasi yang lengkap sehingga daya tahan tubuh meningkat," pesannya.(ifr/sol)