KONDISI TEATER ANAK DI RIAU HARI INI

Jalan di Tempat, Perlu Perhatian Khusus

Seni Budaya | Minggu, 08 Januari 2023 - 12:22 WIB

Jalan di Tempat, Perlu Perhatian Khusus
Salah satu pementasan teater anak Sanggar Keletah Budak di Anjung Seni Idrus Tintin, Pekanbaru. (DOK SANGGAR KELETAH BUDAK)

TEATER Selembayung yang didirikan dan dipimpin oleh Fedli Aziz, adalah salah satu kelompok  teater di Riau yang membina teater anak: Sanggar Keletah Budak. Sanggar ini didirikan pada tahun 2005 dan dikelola oleh Rina NE, sang istri. Sejak berdiri hingga sekarang Sanggar Keletah Budak sudah lebih 50 kali melakukan pementasan di berbagai tempat, baik di Pekanbaru, beberapa kabupaten dan kota di riau, juga di Jakarta.  Yang menarik, mereka pernah mementaskan operet anak secara mandiri dengan menjual tiket kepada masyarakat.

Teater Anak

Ketua Jaringan Teater Riau (JTR), Rian Kurniawan Harahap saat melatih anak-anak bermain teater di sebuah SD di Pekanbaru. (DOK PRIBADI)


“Dalam tiga kali pementasan operet anak dengan menjual tiket, alhamdulillah respon masyarakat sangat bagus. Hal itu yang memacu kami untuk tetap konsisten membina teater anak ini,” kata Rina NE kepada Riau Pos, Kamis (5/1).

Dijelaskan Rina, membina teater anak susah-susah senang, dan penuh tantangan. Jika dianggap sulit, itu  saat menghadapi anak dengan karakter yang berbeda. Karena pada awalnya tidak semua anak mengenal apa itu teater. Secara perlahan dan sabar dia  memperkenalkan kepada  mereka. Yang lainnya adalah  bagaimana  menumbuhkan kepercayaan diri kepada mereka. Apalagi saat menghadapi anak yang, manja harus ekstra sabar dan berusaha mengerti mereka.

Meski ada beberapa kelompok teater anak yang muncul, seperti dijelaskan Ketua JTR Rian Harahap, namun menurut Rina, teater anak di Riau saat ini bisa dikatakan sangat sepi. Kalaupun ada, katanya,  peristiwa teater itu hanya ada di perpisahan sekolah. Khusus untuk pantomim memang ada yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Riau melalui ajang Festival FLS2N tiap tahunnya. Tetapi hanya sebatas itu. Untuk pentas mandiri dan  umum bisa dikatakan tidak ada. Apalagi dua tahun terakhir ini terjadi pandemi corona.  

“Kami di Sanggar Keletah Budak pun baru aktif lagi tiga bulan terakhir semenjak pandemi,” jelas alumni Jurusan Sastra Indonesia  Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Lancang Kuning (Unilak) ini.

Selama ini, kata Rina, perhatian dari Pemprov  Riau maupun Kota Pekanbaru, baik secara langsung atau lewat dinas dan lembaga terkait untuk teater anak ini tidak ada. Dulu pernah ada undangan-undangan untuk melakukan pementasan, tetapi dalam beberapa tahun terakhir sudah tidak ada lagi. Menurut dia, tidak perhatiannya pemerintah mungkin saja karena perkembangan teater anak di Riau ini sangat sepi. Karena semenjak berdirinya Sanggar Keletah Budak ini, ada beberapa kali muncul sanggar anak yang lain tapi tidak bertahan lama. Dia percaya, kalau saja perkembangan teater anak ini ramai dan bergairah mungkin pemerintah akan punya perhatian khusus.

Secara umum, menurut Rina, perkembangan teater anak secara nasional sepertinya juga tidak begitu bergairah, walaupun ada beberapa daerah, khusunya di Pulau Jawa, teater anak-anak ini menjadi idola di kalangan masyarakat dan mendapat  perhatian khusus oleh pemerintah setempat. Untuk Ffestival Teater Anak Internasional yang sudah beberapa kali diikuti oleh beberapa sanggar, Indonesia selalu mendapat apresiasi dan peringkat baik. Namun,  untuk perkembangan  secara nasional masih belum bergairah. 
“Pertemuan teater anak nasional secara berkala sejauh ini tidak ada. Kalaupun ada itu saat adanya Festival Teater Anak yang dilakukan oleh pemerintah jika ada program dari Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Dan itu sifatnya rutinitas tahunan,” jelas Rina lagi.

Kendati begitu, menurut ibu dua putri ini, masa depan teater anak di Riau  maupun Indonesia sebenarnya bisa berkembang pesat jika para pelaku seni punya keinginan untuk mengembangkan dan punya perhatian khusus  itu. Apalagi --dan paling utama-- adalah perhatian dari pemerintah untuk menunjang semua kegiatan, menyiapkan wadah kreativitas, dan support dana yang cukup. 

“Sebagai pelaku teater anak, saya berharap teater anak berkembang pesat di Riau maupun Indonesia. Teater anak adalah wadah yang positif bagi anak dalam mengembangkan minat dan bakat, serta  menumbuhkan kepercayaan diri bagi generasi muda,” jelasnya lagi.

Secara umum --bukan hanya teater-- tetapi dalam semua seni anak di Riau, tambah Rina lagi, memang tak mendapatan perhatian secara khusus maupun umum dari pemerintah. Nyaris tak ada program pemerintah daerah ke arah itu. Rina berharap, baik Pemprov Riau maupun Pemkot Pekanbaru mulai memperhatikan dunia seni anak dengan mengalokasikan dana untuk kegiatan-kegiatan mereka. Sebab, menurutnya, dunia seni bisa merangsang kecerdasan ana-anak ketika di sekolah mereka dipaksa untuk belajar secara serius.

Sanggar Keletah Budak sendiri sempat berhenti berproses sepanjang pandemi corona. Namun sejak beberapa bulan terakhir kembali berproses. Sayangnya, ujar salah seorang sutradara perempuan Riau ini,  belum ada tempat yang memadai, baik dalam proses penciptaan maupun latihan. Selama ini sanggar yang dipimpinnya masih menumpang tempat berlatih di Bandar Serai dan Taman Budaya Riau. 

“Saat ini kami sedang mempersiapkan karya untuk operet anak yang diangkat dari karya seniman sastra Riau. Mohon doanya semua lancar,” jelas perempuan yang juga aktris teater dan penulis naskah ini mengakhiri.***

 

Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook