Sejarah teater Riau tercatat di Desa Cinta Damai, Kampar. Di sana, diselenggarakan festival teater tingkat Riau yang juga mengundang tokoh-tokoh terater dari beberapa daerah di Indonesia.
RIAUPOS.CO - MALAM itu, Sabtu (15/7/2023), Pj Bupati Kampar, Muhammad Firdaus, datang saat acara penutupan Goebok Creative Teater Festival (GCTF) Tahun 2023, di Gedung Olahraga Desa Cinta Damai, Kecamatan Tapung Hilir, Kampar. Firdaus datang untuk menutup Festival Teater Se-Provinsi Riau yang diselenggarakan di desa tersebut. Kegiatan ini berlangsung 12-15 Juli 2023.
Sebagai pimpinan tertinggi Kabupaten Kampar, Firdaus merasa bangga dengan helat tersebut. Dia mengatakan bahwa kegiatan itu harus didukung penuh oleh semua pihak, karena pengembangan bakat seni teater sangat penting dalam perkembangan kesenian. Dia ingin teater di Kampar maju. Untuk itu, kegiatan para seniman teater di daerahnya harus didukung semua pihak.
“Saya berharap kegiatan ini bisa berlanjut setiap tahunnya dan skalanya menjadi lebih luas lagi sehingga lebih semarak dan gaungnya juga lebih luas,” jelas Muhammad Firdaus yang malam itu didampingi Camat Tapung Hilir, Hadinur.
Hadinur tak bisa menyembunyikan kegembiraan dan kebanggaannya karena kecamatan yang dipimpinnya bisa menyelenggarakan acara tersebut. “Kami sangat bangga karena Kecamatan Tapung Hilir, tepatnya Desa Cinta Damai, telah ditunjuk menjadi tuan rumah festival teater berskala nasional ini oleh Jaringan Teater Indonesia,” kata Hadinur.
Ketua Jaringan Teater Riau (JTR) Rian Kurniawan Harahap, menjelaskan, Kampar punya potensi berkembangnya teater. Para seniman teaternya memiliki kegelisahan tentang bagaimana mengembangkan teater hingga ke tingkat pedesaan. Hal ini sejalan dengan keinginan JTR sebagai laboratorium teater dalam pembibitan generasi muda di Riau. Itulah mengapa kemudian JTR sepakat memilih Kampar sebagai tuan rumah Festival Teater Riau 2023, dengan nama Goebok Creative Teater Festival (GCTF) Tahun 2023.
Menurut Rian, untuk sebuah festival dengan fokus teater, dan berupa perkemahan, serta menghadirkan masyarakat desa, ini adalah festival teater pertama dalam kurun 20 tahun terakhir. Hal ini diungkapkan oleh Pamong Budaya Aziz Fikri setelah merunut kronologis perkembangan festival di Riau. Kata Rian, catatan ini penting karena tidak banyak desa di Riau yang memiliki sanggar atau kelompok teater.
“Ini sejarah bagi dunia teater Kampar dan Riau,” ujar Rian kepada Riau Pos, Rabu (19/7/2023).
Dijelaskan oleh lelaki yang juga cerpenis dan novelis ini, dalam setiap pertunjukan Masyarakat Tapung Hilir sangat antusias. Gedung olahraga yang menjadi tempat helat, penuh dan sesak. Menurutnya masyarakat desa rindu akan kesenian teater. Selain itu, antusiasme itu juga terbukti dengan secara mandiri masyarakat menyiapkan makanan untuk peserta yang diambil dari dapur mereka, pagi siang, dan malam. Keramahan juga tampak dalam sapaan dengan peserta dalam keseharian selama festival berlangsung.
Pj Bupati Kampar Muhammad Firdaus saat memberikan sambutan pada penutupan Goebok Creative Teater Festival 2023 di Desa Cinta Damai, Kecamatan Tapung Hilir, Kampar, Sabtu (15/7/2023).
Dalam festival ini ada tujuh kelompok yang mementaskan karyanya, yakni 3 yang 1 dari Dumai dengan karya Tangkai Puaka; Bulan Biru Multivisual Rokan Hilir dengan karya Laut Jantan; Komunitas Jejak Langkah Pekanbaru dengan karya Partus Dela Mitos; Biduk Betuah Dumai dengan Khalifah Lobong; UKM Batra Pekanbaru dengan Sungainya Sungai; Mawar Teater dengan Bukan Siti Nurbaya; dan Boom Teater Rokan Hilir dengan Persimpangan.
Dalam helatan ini juga dipilih pemenang untuk beberapa kategori yaitu Boom Bagan meraih Penyaji Terbaik 2, Manajemen Produksi Terbaik, dan Sutradara Terbaik. Selain itu komunitas 3 yang 1 meraih Penyaji Terbaik 3 dan Pemeran Pembantu Terbaik. Terakhir, Komunitas Jejak Langkah mendapatkan Aktris Terbaik dan Penata Iringan Terbaik. Selain itu diberikan juga Lifetime Achievement untuk Ucok Akhyar dari Dumai. Dalam ini juri tidak memilih terbaik 1 dan aktor terbaik.
Selain penampilan teater, kegiatan juga mengajak UMKM lokal untuk ikut meramaikan dengan berbagai produksi, ada penampilan kesenian lokal, Focus Group Discussion (FDGD), workshop teater yang diikuti anak-anak dan generasi muda. Dalam FGD yang dilaksanakan pada Sabtu (15/7) dengan narasumber Aziz Fikri (Pamong Budaya Riau), Abimanyu (Ketua Asosiasi Sutradara Teater Indonesia), Ade Pura Indra (Mini Teater), Fedli Azis (Ketua Dewan Kesenian Kota Pekanbaru/DKPP), Mahatma Muhammad (Teater Nan Tumpah, Padang), dan Ofix (Selebritas), berbagai persoalan dalam teater dibahas.
Diskusi yang dimoderatori oleh Rian Harahap itu mengajak narasumber masuk ke dalam isu penyelenggaraan festival yang berbasis adat, ritus, dan kebudayaan. Aziz Fikri menyampaikan bahwa kelompok teater mesti berani mengambil kesempatan dengan fasilitasi baik dari pusat maupun daerah, karena sudah ada dana dan pos kebudayaan untuk penyelenggaraan iven kebudayaan, terlebih dari desa atau RT jika di kota. Menurut Aziz, kebudayaan harus terus dibangun dan pemerintah punya tanggung jawab untuk membantu pembiayaannya.
“Banyak dana dari pemerintah yang harus kita manfaatkan,” ujar Aziz.
Di lain pihak, Abimanyu bercerita tentang pengalamannya dalam Festival Taskombang di Jawa Tengah di mana daerahnya adalah daerah merah eks korban PKI yang ditakuti orang untuk masuk, justru kini menjadi destinasi wisata yang menarik. Kesimpulannya bahwa iven festival mesti digesa baik secara mandiri atau pun dengan dana dari pemerintah.
“Teater dan kesenian lainnya bisa membuat pedesaan maju, salah satunya menjadikannya sebagai desa wisata,” ujar Abimanyu.
***
TERPISAH, Direktur Artistik GCTF dari GCA Privinsi Riau, Bidayat IL Yasin SKom, menjelaskan, pihaknya sangat senang dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung festival ini. Kedatangan 8 kelompok teater dari Riau dan beberapa tokoh teater dari Riau dan luar Riau, membuat festival yang diadakan di desa ini terasa besar denyutnya.
Untuk festival besar seperti ini, kata Bidayat, pihaknya bekerja sama dengan banyak pihak dalam hal pembiayaan. Tanpa menyebutkan satu per satu, para sponsor tersebut memberikan dukungan yang sangat maksimal. Dukungan dari pihak Pemkab Kampar, Pemerintah Kecamatan Tapung Hulu, Pemerintah Desa Cinta Damai dan seluruh Masyarakat desa sangat besar dan penting yang membuat festival ini berlangsung lancar dan sukses.
Dijelaskannya, ini merupakan festival teater pertama yg dilakukan di desa dan merupakan yang terbesar di Riau. Pemilihan lokasi di desa, ujarnya, karena ingin menumbuhkembangkan potensi desa dan membangun desa lewat teater sesuai tema yang diangkat, yakni “Berteater Desa Berkarakter”. Kebetulan, lokasi Sanggar Goebok Creative/Yayasan Goebok Creative Art berada di desa.
“Masyarakat desa, terkhusus Desa Cinta Damai, sudah mulai memahami tentang teater. bahkan dalam pertunjukan, penonton selalu penuh oleh masyarakat. Pemahaman masyarakat tetang teater itu sudah diedukasi oleh Sanggar Goebok Creative sejak tahun 2016,” ujar Bidayat.
Hal yang ingin dicapai dalam perhelatan ini, kata Bidayat lagi, adalah pengembangan dan pembangunan desa di bidang kesenian terkhusus teater. Dia berharap, dengan adanya festival ini dapat memicu dan membangkitkan semangat munculnya festival-Festival teater di Riau yang berkelas dan tersetruktur dengan baik sehingga menjadi ajang wisata iven dalam setiap helatnya.
Bidayat mengucapkann terima kasih karena Masyarakat mendukung penuh dan ikut terlibat dalam menyukseskan acara ini, termasuk menanggung makan peserta dan tamu selama tiga hari. Untuk pemangku kepentingan dia memohon dukung giat pemuda, seniman dan masyarakat dalam hal positif apa pun, terkhusus perusahaan yang ada di wilayah kerja di Kecamatan Tapung Hilir agar ikut terlibat dan support dengan anggaran dari dana CSR. Sebab, helat seperti ini ikut membantu membangun sumber daya manusia (SDM)
“Terima kasih untuk semua pihak yang sangat membantu perhelatan ini. Semoga ke depan terus memberi dukungan. Masyarakat sangat senang dan bangga dengan adanya acara ini. Bahkan UMKM maju pesat saat acara ini berlangsung, saking antusiasnya, saat pembukaan dan penutupan ribuan masyarakat hadir untuk menyaksikan,” jelas Bidayat lagi.***
Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru