Teater anak di Riau seperti hidup segan mati tak mau. Ada tapi terasa tak ada. Dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan diharapkan bisa menghidupkan agar anak-anak mendapat ruang dalam dunia teater.
KETUA Jaringan Teater Riau (JTR), Rian Kurniawan Harahap, menjelaskan, perkembangan teater anak di Riau saat ini mengalami kemajuan dalam bidang jumlah kelompok. Hal ini bisa dilihat dari beberapa kelompok yang lahir dalam kurun waktu dua tahun belakangan. Namun, kelahiran itu belum berbanding lurus dengan produktivitas pentas atau pun ruang-ruang pertunjukan yang disediakan untuk mereka.
Kelompok teater yang konsisten dan sudah belasan tahun aktif latihan dan berproduksi yaitu Sanggar Keletah Budak yang dibina oleh Rina NE yang dibina oleh Teater Selembayung. Saat ini juga bermunculan teater-teater anak dengan basis dari kesadaran orang tua maupun sekolah. Misalnya Sanggar Seni Anak Kita yang dibina oleh alumni ISI Padangpanjang yang diinisiasi Husin; Salmah Teater Anak yang dipimpin oleh Siti Salmah; Sanggar Gurindam yang dipimpinan Joni Hendri, dan Sanggar Rentak Budak Senapelan yang dipimpin oleh Mulyati Umar.
“Belum ada agenda untuk festival teater anak, dalam hal ini Jaringan Teater Riau masih melakukan pendataan serta pembinaan. Mungkin ke depan akan dibuat workshop seni peran dan lainnya,” ujar Rian kepada Riau Pos, Kamis (5/1/2022).
Tentang perhatian dari Pemerintah Provinsi Riau melalui dinas atau badan terkait, kata Rian, hingga sejauh ini belum ada. Hal ini bisa diartikan belum adanya pendataan dinas terkait serta memberikan ruang bagi mereka dalam hal pentas produksi. Bahwa dunia mereka dunia anak-anak yang mestinya diberikan kreativitas seumuran mereka, saat ini hanya sebatas lomba pantomim dan itu bukan dikategorikan sebagai proses dalam perhatian konkret.
Kemudian, belum adanya perhatian tersebut dikarenakan luputnya program edukasi seni dan budaya dalam bidang teater, apakah dengan melakukan seniman masuk sekolah oleh diinas terkait atau menggandeng kelompok-kelompok teater anak membuat pentas tunggal.
JTR sendiri sejauh ini telah mengajak seniman teater untuk menggelorakan Program Jaringan Teater Riau goes To School. Program ini telah berjalan di beberapa sekolah dasar di Riau. Tentu hal ini dihapkan mampu meningkatkan kepercayaan diri dan talenta anak-anak untuk ikut dan bergabung dalam teater anak sebagai ruang bermain yang asyik bagi mereka.
Untuk Indonesia secara umum, menurut pandangan lelaki yang juga Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Kota Pekanbaru (DKKP) ini, perkembangan teater anak juga masih minim. Tak banyak kegiatan atau festival yang diadakan. Namun ada Festival Teater Anak yang setiap tahun diadakan di Jakarta, yang diinisiasi Jose Rizal Manua. Beberapa kali Sanggar Keletah Budak mewakili Riau dalam perhelatan tersebut.
RINA NE (ISTIMEWA)
Rian optimis, masa depan teater anak di Riau memiliki secercah cahaya terang, andai saja keinginan dan kerja keras seniman teater di Riau diberi ruang. Dia berharap para pemangku kepentingan memberikan stimulus baik materil maupun non-materil agar teater anak kita menjadi laman bermain yang asyik dibandingkan mereka bermain dengan gadget. Menurutnya, saat ini di Riau memang sedang mengalami krisis produksi, tapi munculnya teater-teater anak yang baru setelah pandemi corona membuat harapan itu tidak pupus. Situasi paradoksal yang hanya bisa diselamatkan oleh orang-orang dewasa. Mereka adalah harapan dalam mewarisi seni dan budaya Melayu ke depannya.
“Harapannya, kelompok teater anak menjadi perhatian bagi kita. Seniman pun wajib menjadi mentor karena mereka adalah anak-anak kita,” jelas Rian mengakiri.
***