Seluruh mereka tampak mengagumi Desa Bokor. Baik melihat kondisi geografis wilayahnya, keenakan makanan yang disajikan kepada mereka sampai dengan keramahan masyarakatnya. bahkan beberapa diantara mereka merasa kerasan dan berkeinginan tinggal di Bokor.
“Tinggal di sini enak. Alamnya asri, makanannya enak. Ditambah lagi masyarakatnya ramah,” kata Made musisi asal Banda Aceh kepada Riau Pos kamis malam (29/10).
Makanya saat tampil dia berusaha maksimal, namun tetap apa adanya. Sehingga bisa menghibur masyarakat Bokor yang telah memberikannya tempat untuk bisa manggung.
Beberapa musisi tampil dengan bergaya khas dari daerahnya masing-masing. Seperti Made in Made asal Aceh yang tampil hanya berdua. Di mana mereka tak lupa menggunakan alat musik kempang sebagai ciri khas dari daerahnya.
Selain itu Zionway asal Tanjung Pinang tampil menggunakan baju kurung dari seluruh personilnya. Walaupun sebagian besar personilnya berambut gimbal, namun dengan menggunakan baju khas daerah Melayu itu diharapkan tidak menghilangkan jati diri sebagai anak Melayu. Penampilan Zionway di penghujung Bokor Internasional Reggae Festival 2015 itu mampu menjadi puncak kemeriahan event berskala internasional itu.
Namun sebelumnya penampilan kolaborasi dari Sanggar Bathin Galang dengan Forum Kompang mampu memukau penonton. Sanggar yang menampilkan tari ayak sagunya dengan iringan musik dari Forum kompang mampu menjadi daya tarik malam itu bagi penonton. Apalagi penampilan tersebut menjadi satu-satunya yang menampilkan tarian.