FESTIVAL SUNGAI BOKOR

Agar Tak Hilang Kearifan Lokal Tanah Redang

Seni Budaya | Minggu, 17 Juli 2022 - 11:10 WIB

Agar Tak Hilang Kearifan Lokal Tanah Redang
Masyarakat mengikuti lomba Menggolek Tual Sagu dalam Festival Sungai Bokor di Desa Bokor, Kecamatan Rangsang Barat, Kepulauan Meranti, Selasa (5/7/2022). (PANPEL FESTIVAL SUNGAI BOKOR FOR RIAU POS)

Namanya Festival Sungai Bokor. Festival ini sudah dilaksanakan sejak beberapa tahun lalu oleh masyarakat Desa Bokor, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti. Berbagai kegiatan diusung dengan tujuan menjaga kearifan lokal yang ada di tanah redang.

(RIAUPOS.CO) - DESA Bokor telah dicanangkan sebagai Desa Wisata Budaya yang memegang tradisi-tradisi budaya Melayu. Berbagai tradisi dan kearifan lokal yang masih ada ataupun yang perlahan mulai langka, dibangun kembali oleh masyarakat demi mencapai Desa Wisata Budaya tersebut. Salah satunya dengan menggelar Festival Sungai Bokor.


Festival Sungai Bokor diambil dari sebuah sungai bernama Bokor yang membelah desa ini. Sungai ini layaknya sungai-sungai lain  yang berada di kawasan tanah redang atau gambut, yakni berair hitam dengan mangrove yang masih tumbuh subur di tepiannya. Berbagai kegiatan masyarakat dilakukan di sungai ini sejak dahulu kala. Salah satunya menjala ikan.

Sungai Bokor juga memiliki keunikan dibandingkan sungai-sungai yang lain. Berkelok dan diwarnai dengan akar-akar tunjang bokor di sepanjang tepian yang menawan, sudahlah pasti. Tapi di sungai ini masih ditemukan ikan ganap, ikan berukuran kecil yang hidup berkumpul serta melompat-lompat ke atas permukaan. Mangrove yang tumbuh juga sangat banyak jenisnya dengan buahnya di berbagai sisi. Lagi-lagi keisimewaan sungai tanah redang.

Kearifan lokal masyarakat tumbuh layaknya kehidupan masyarakat sungai lainnya. Salah satunya memanfaatkan sungai untuk kehidupan seperti mencuci dan merendam tual-tual sagu yang menjadi sumber perekonomian masyarakat tempatan. Memang, sagu menjadi komoditi terbesar di kawasan ini selain karet tentunya. Untuk mengingat agar kearifan lokal tidak hilang, maka Festival Sungai Bokor digelar dengan harapan menjadi jalan menjaga kelestariannya.

Festival Sungai Bokor tahun ini dilaksanakan awal bulan lalu, tepatnya 5 Juli 2022. Festival diwanai dengan berbagai perlombaan, bazar, kuliner dan pertunjukan seni dari berbagai daerah. Festival ini kerap kali memancing kehadiran wisatawan dalam dan luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura. Banyaknya wisatawan membuat perekonomian berputar selama kegiatan berlangsung.

“Festival Sungai Bokor  ini merupakan iven yang bertujuan mempromosikan kekayakaan atau kearifan lokal bagi daerah lain. Bukan hanya dalam negeri, tapi juga mancanegara. Mudah-mudahan dengan adanya festival asal ini bisa menambah pendapatan masyarakat melalui wisatawan yang datang baik dari dalam maupun luar negeri. Keraifan lokal di tanah redang juga tidak hilang,” ujar Sopandi, tokoh muda asli Bokor, Rangsang Barat, yang menggagas festival ini sejak awal.

Menurut Sopandi yang akrab disapa Atah Pandi dan saat ini merupakan anggota DPRD Kepulauan Meranti ini, Festival Sungai Bokor juga sebagai upaya bagaimana menjadikan Desa Bokor, terutama Kecamatan Rangsang Barat bisa menjadi tujuan wisatawan secara luas. Artinya, pariwisata tumbuh sehat di tempat ini, khususnya wisata alam dan budayanya. Apalagi saat ini pariwisata sudah menjadi industri baru yang ikut memberikan andil dalam pembangunan ekonomi dan sosial di berbagai daerah dan negara di dunia.

Adapun perlombaan yang dilaksanakan dan mampu menarik perhatian antara lain, lari di atas tual sagu, main Senengkek, menggolek tual sagu, gasing dan lomba foto menggunakan handhone (HP). Dari banyak perlombaan ini, kata Pandi, yang paling diminati wisatawan adalah lomba lari di atas tual sagu. Perlombaan ini hanya untuk kaum pria dewasa saja.

Hal yang membuat menarik dalam perlombaan ini adalah banyaknya tual sagu yang disusun panjang di atas Sungai Bokor. Di atas tual inilah para peserta berlari. Harus dengan cepat dan sigap. Jika lambat dan tidak teliti, pelari akan terpeleset dan jatih ke dalam sungai. Karena tual sagu berbentuk bulat dan sangat mudah berputar di atas air.

Semua perlombaan yang digelar merupakan permainan tradisional, kecuali lomba foto dengan HP. Lomba yang satu ini ditujukan untuk siapa saja, tapi diutamakan kepada anak-anak muda atau kaum milenial, dengan harapan, mereka akan menyebarkan seluruh kegiatan melalui medsos sebagai jalan mempromosikan kekayaan kearifan lokal kampung mereka sendiri.

‘’Ingin terus bergerak bersama masyarakat untuk menjaga apa yang kami punya yakni kearifan lokal dan menjadikannya sumber ekonomi kreatif melalui jalan pariwisata. Semoga kami bisa terus melaksanakan iven ini untuk tahun-tahun berikutnya,’’ kata Pandi lagi.

Festival Sungai Bokor tahun ini dibuka oleh Bupati Kepulauan Meranti diwakili Asisten I Drs Irmansyah MSi. Turut hadir Camat Rangsang Barat, Kepala Desa Bokor, Kapolsek Rangsang Barat Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Disparpora), Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Pertanian, Kepala Bappeda, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, Kepala Dinas Perdagangan, Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Kepala Dinas Kominfo, Kasat Pol PP, Ketua DPRD Kepulauan Meranti Ardiansyah SH MSi, dan undangan lainnya.

Acara dimulai dengan menampilkan persembahan Tarian Ayak Sagu yang menjadi tradisi di Desa Bokor sebagai bukti pelestarian adat dan budaya di Sungai Bokor dan pembukaan secara resmi dibuka dengan belah durian asli Bokor.

Asisten I Setda Kepulauan Meranti, Irmansyah, menyampaikan, bagi daerah berkembang, potensi pariwisata menjadi  salah satu sumber devisa yang perlu dikembangkan terus menerus untuk pembangunan yang berkelanjutan. Karena itulah Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti senantiasa mendorong kegiatan-kegiatan pariwisata, khususnya dalam bentuk festival/iven tradisi khas masyarakat lokal, salah satunya Festival Sungai Bokor.

“Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya mempengaruhi banyak aspek kehidupan, di antaranya agama, adat-istiadat, politik, bahasa, pakaian, bangunan, hingga karya seni,” terang Irmansyah.***

Laporan KUNNI MASROHANTI, Kepulauan Meranti









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook