WARNA merah kuning dan hijau melekat di sejumlah atribut musisi yang tampil malam itu. Mulai dari baju, celana, slayar dan bahkan kacamata pun menjadi penghias ala reggae. Sebagian dari seratusan musisi yang hadir berrambut gimbal. Kehadiran mereka mampu menyulap Desa Wisata Bokor menjadi kampung reggae selama beberapa hari.
Sejak Selasa (27/10) di Pelabuhan Tanjung Harapan Selatpanjang tampak belasan pria berambut gimbal baru tiba. Mereka bukan ke Selatpanjang, tetapi hendak ke Desa Bokor, Kecamatan Rangsang Barat untuk mengikuti Bokor River Internasional Reggae Festival 2015.
Sedikitnya sebanyak 12 grup musik dari berdagai daerah mendatangi Bokor untuk memeriahkan festival yang dilaksanakan oleh Sanggar Bathin Galang asal Desa Bokor. Gaya selenge-an dengan rambut gimbal menjadi pemandangan selama beberapa hari di Desa Bokor.
Keberadaan mereka menyulap kampung wisata tersebut menjadi kampung reggae. Keberadaan musisi dari berbagai wilayah di Indonesia dan Dunia itu menjadi daya tarik bagi masyarakat di Kepulauan Meranti. Tak terkecuali juga bagi warga lainnya di luar Meranti.
Mereka yang hadir untuk tampil di Desa Bokor diantaranya, Made in madeasal Aceh, Black Canal asal Medan, Konkrit Genggaman asal Pekanbaru, Jaa gwaa asal Malaysia, Black Coffee Ice asal Palembang, Forum Kompang asal Batam, Java Jamaica asal Batam, Gonggong Addict asal Tanjung Pinang, Zionway asal Tanjung Pinang, Day Afternoon asal Jakarta, Etnic Contenpo dan Releted asal Kepulauan Meranti.
Jika pada malam hari mereka akan tampil menghibur seribuan masyarakat yang hadir dipanggung yang dibangun di tepi sungai Bokor, maka pada pagi hari mereka akan berwisata menyusuri hijaunya Sungai Bokor. Berbagai menu dari sagu tak lupa disugukan kepada seluruh peserta yang datang ke Bokor.