PERTEMUAN PENYAIR LIMA NEGARA

Memantun Temasek

Seni Budaya | Minggu, 07 Februari 2016 - 00:33 WIB

Memantun Temasek
Para penyair dari lima negara foto bersama seusai acara. (KUNNI M/RIAU POS)

MALAM masih muda. Jam baru menunjukkan pukul 22.00 waktu  Singapura. Orang-orang juga masih ramai lalu lalang di jalan berkelok di kawasan Bungalow Safra Resort, 10 Changi Coastwalk. Sebagian mereka duduk di teras bungalow. Ada yang berhibur, ada juga yang sekedar bersembang. Berdua, berlima dan ada yang satu keluarga.

Di salah satu teras bungalow itulah, cerita telah bermula. Ada doa, harapan, sedu sedan dan airmata bonda. Suaranya parau. Tersendat-sendat. Nyaris tak terdengar. Matanya sembab. Ia adalah Rohani Din. Orang-orang memanggilnya Bonda. Pasti sudah berumur. Sudah bercucu pula. Tapi dialah yang membuat penyair-penyair di lima negara berkumpul malam itu di resort yang ia sewa dari uang pensiunan suaminya. Lewat pantun yang telah ditulis, dikumpulkan dalam buku berjudul Senandung Tanah Merah.


‘’Mari, mendekat. Naik langsung. Cakap langsung. Kenalkan diri kamu, dari mana kamu, siapa nama kamu. Kenalkan kepada kami semua. Kami sudah menunggu,’’ kata Bonda kepada Mahroso, penyair asal Thailand.

Semua bertepuk tangan. Ada puluhan orang di sana. Mereka duduk bersila di teras itu. Sebagian di kursi kecil di luar teras. Ada yang membawa biola, gitar dan buku. Tidak hanya dari Indonesia, tapi juga Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam dan juga Singapura. Beragam usia. Muda, tua, semuanya terlihat mesra. Berjalan apa adanya. Bergembira, bertemu ramah sambil menjamu selera. Jagung bakar, sosis bakar, nasi dan berbagai lauk pauk semua tersedia.

Meraka tidak hanya memperkenalkan diri, tapi juga berpantun bergantian. Sebagian dilagukan, banyak pula yang dibaca biasa. Ambilkan/pisau di atas para/pisau lama di asah digesek/Usah risau mari bergembira/sama-sama ke Pulau Temasek. Hinggap rama-rama di dahan ara/sekawan kera terjatuh di air/Ayuhlah bersama ke Singapura/beramah mesra sesama penyair.Memancing ikan berumpankan pumpun/ikan diharap yang didapat cumi/Temu rakan di komunitas serumpun/ilmu digarap jalin silaturrahmi. Pantun yang dikarang penyair Riau, Kazzaini KS ini juga turut dibacakan.

‘’Sudah lama niat untuk menjemput rekan-rekan ke Singapura, tapi baru terlaksana hari ini. Bonda hanya sanggup menyediakan tempat dan makan seadanya.

Ini juga berkat suami yang sangat mendukung sehingga kita bisa bersua di sini. Beliau ikhlaskan uang pensiun untuk jamuan ini. Jadi, acara ini memang kami buat sendiri. Terimakasih sudah datang dengan segala keihklasan. Kami berharap rekan-rekan doakan Abah (suami bonda, red) agar cepat sembuh,’’ kata Bonda sambil menghapus air matanya yang ke sekian kali.

Abah, memang sudah lama sakit. Kakinya tidak lagi sehat seperti dulu. Jalannya juga lambat. Ia lebih banyak duduk di kursi daripada berdiri. Malam itu ia juga duduk di antara kerumunan para penyair. Semua mata mengarah kepadanya. Lalu, senyum tipisnya membias. ‘’Abah bahagia bisa berkumpul bersama kamu semua,’’ katanya singkat seolah menjawab pertanyaan yang tak terucap.

Jumat malam itu, 29 Januari, adalah awal pertemuan para penyair serumpun. Acara ini dilaksanakan hingga Ahad 31 Januari. Penyair Indonesia cukup banyak, dari berbagai daerah. Selain dari Riau, juga dari Jakarta, Cirebon, Papua, Jogjakarta, Surabaya, Medan, Padang, Bali, Maluku dan banyak lainnya. Begitu juga dari negara lain. Mayoritas yang hadir adalah penyair yang pantunnya termaktub dalam buku Senandung Tanah Merah. Penyair Riau yang hadir antara lain, Kazzaini KS, Fakhrunnas MA Jabbar, Dheni Kurnia, Mosthamir Thalib, Husnu Abadi, A Aris Abeba dan Kunni Masrohanti. Hadir juga dari Riau, Pandeka, Yanti Riswara Idris dan Syahroni.










Tuliskan Komentar anda dari account Facebook