PAMERAN SENI RUPA DI GALERI HANG NADIM

Potret Ketidakseimbangan dalam Seni Rupa

Seni Budaya | Minggu, 02 Oktober 2022 - 11:27 WIB

Potret Ketidakseimbangan dalam Seni Rupa
Kurator Fahrozi Amri, di depan lukisan Kodri Johan berjudul Berserah Diri, yang dipamerkan di Galeri Hang Nadim Pekanbaru, Kawasan Purna MTQ, Senin (26/9/2022). (HARY B KORIUN/RIAU POS)

Ketidakseimbangan dalam kehidupan sosial masyarakat adalah gambaran nyata. Para seniman, termasuk seni rupa, memotret hal itu dalam karya. Konsep ketidakseimbangan inilah yang menjadi tema pameran yang ditaja Galeri Hang Nadim.

RIAUPOS.CO - KEHIDUPAN manusia tak pernah ada yang seimbang. Meski alam dalam banyak hal sudah memperlihatkan adanya keseimbangan --adanya siang dan malam, misalnya--  namun dalam ranah kehidupan nyata yang penuh dinamika, ketidaksimbangan selalu muncul. 


Sosialisme selalu memandang hidup itu penuh ketidaksimbangan. Ekstrimnya adalah ketidakadilan. Para penganut Marxisme selalu meyakinkan orang bahwa ketidakseimbangan akan terus terjadi karena kemiskinan jumlahnya akan selalu lebih besar ketimbang orang-orang kaya. Kelas buruh, petani, pekerja tidak tetap dan lain-lain hidupnya akan terus diisap oleh kapitalisme. Maka, sepanjang hidup manusia akan selalu diwarnai perang kelas untuk mendapatkan persamaan kelas. Tetapi, apakah persamaan kelas itu akan didapatkan? Kapan? Apakah kehidupan akan menemukan tatanan yang ideal agar keseimbangan itu terjadi?

Dalam dunia seni, termasuk karya sastra, banyak sastrawan yang menulis tentang ketidakadilan tersebut. Dalam Animal Farm, misalnya, George Orwell menulis tentang apa yang kemudian disebut sebagai “binatangisme”. Novel yang diterbitkan pada 17 Agustus 1945 ini berkisah tentang sekelompok hewan di sebuah peternakan yang melakukan pemberontakan dan kemudian menggulingkan kekuasaan manusia yang selama ini melakukan penindasan terhadap mereka.

Dalam novel Germinal, Emile Zola menulis tentang pemogokan para buruh tambang di sebelah utara Prancis yang dipelopori oleh Etuenne Lantier, seorang yang baru dipecat dari perusahaan yang mengerjakan rel kereta api. Yang menarik, Lantier tak mengenyam pendidikan formal, bertemperamen tinggi, namun cerdas. Di sana dia melihat banyak rekannya kelaparan, sakit, terlilit utang, tak mampu memberi makan keluarga mereka, dan tanpa masa depan. Ketika kondisi ini semakin memburuk, Lantier memimpin pemogokan yang bisa berujung pada kelaparan atau keselamatan bagi semua.

Dalam seni rupa, persoalan-persoalan ketidakseimbangan dalam dunia nyata, sering menjadi tema dalam berkarya. Salah satu contoh, perupa legendaris Italia dari masa Renaisans, Leonardo da Vinci, dianggap sebagai perupa yang melawan ketidakseimbangan dalam kehidupan. Salah satu lukisannya, Mona Lisa, banyak ditafsirkan sebagai salah satu bentuk perlawanan yang dimaksud.

Senyum yang enigmatik mempesona Mona Lisa, membuat banyak ahli bingung selama berabad-abad. Mereka menafsirkan senyum dan lukisan itu secara beragam namun menjurus pada satu tujuan: perlawanan. Terbaru, akademisi Amerika Serikat (AS), William Varvel, berpendapat, Mona Lisa yang tersenyum dalam lukisan itu, adalah seorang feminis yang yakin perempuan harus dibolehkan menjadi imam. Sebuah ide terlarang dalam Gereja Katolik masa itu. 

Sebelumnya, para sejarawah yakin, perempuan yang menginspirasi lukisan abad ke-16 yang kini tergantung di Museum  Louvre, Paris, adalah Lisa Gherardini Del Giocondo --bangsawan sekaligus istri seorang saudagar sutra kaya-raya asal Italia. Bahkan Mona Lisa disebut sebagai La Gioconda dalam Bahasa Italia. Dalam bukunya, The Lady Speaks: Uncovering the Secrets of the Mona Lisa, William Varvel menulis, “La Gioconda bisa jadi adalah pernyataan tegas bagi hak-hak perempuan,” seperti ditulis Daily Mail, tahun 2014.

Selama karirnya, Da Vinci melukis setiap ayat dalam bab akhir Perjanjian Lama,  Zakharia -- tentang bangkitnya sebuah masyarakat yang ideal dan setara. “Maka dari itu hak-hak perempuan menjadi imam harus diakui,” kata Varvel dalam bukunya tersebut. “Bagi Da Vinci, gagasan masyarakat ideal didasarkan pada pengakuan kesetaraan universal pria dan wanita,” tulisnya lagi.

Benar atau tidak pendapat Varvel, itu soal lain. Tapi, sah-sah saja berspekulasi soal Mona Lisa atau karya Da Vinci yang lain, sebab, sudah jadi rahasia umum sang maestro seorang yang esoteric --hanya bisa dipahami orang-orang tertentu, dan kerap menyisipkan simbol-simbol dalam karyanya.

                                    ***

APAKAH seorang seniman harus memotret kehidupan nyata ke dalam karyanya, atau bebas melakukan apa saja tanpa batasan tertentu yang membelenggu kreativitasnya? 

“Tindakan seni dalam karya tidak menuntun kita melihat sebagaimana idealnya tatanan dunia kreativitas sesungguhnya. Bahkan seni tidak juga menuntut kesempurnaan antara konteks visual dengan konteks kehidupan nyata, hanya ‘Trap Position-in Art’ dibuat dalam konteks visual oleh seniman, dapat mengisolasi hadirnya relasi baru yang berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan di dunia nyata,” ujar Fachrozi Amri SSn MSn, dalam catatan kuratorialnya dalam Pameran Seni Rupa bertajuk Ketidakseimbangan, di Galeri Hang Nadim, Pekanbaru, 16-26 September 2022.

Ada 16 perupa Riau yang ikut dalam pameran tersebut. Mereka adalah Cak Winda, Emmy Kadir, Hasanah, Ibnul Mubarak, Junaidi, Kodri Johan, Muhammad Rafles, Nuraini, Nur Rahmah, Yelmi Nanda Resfi, Bens Sani, Eko Fazra, Saridan, Arza Abonotika, Julian Nail Sitompul, dan Odjy Fadhil. Pameran ini kata Fachrozi, menampilkan sejumlah karya yang mampu menggeser dan mengubah subtansi pandangan kita terhadap tatanan dunia kreativitas dalam kekaryaan, dan memberikan kesan intim dari keselarasan bentuk yang universal.

“Jadi, apa hubungan ‘ketidakseimbangan’ dalam melihat ketidakseimbangan dunia saat ini? Adanya upaya atau kemampuan memberikan terjemahan atas keseimbangan hakiki, hanya sebagai upaya mentransfer elemen visual untuk menetralisir kenyataan semu sehingga menjadi kenyataan sesungguhnya,” ujar lulusan Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta  Jurusan Penciptaan Seni tahun 2018 ini.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook