PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Ratusan orang menggelar aksi damai di Tugu Pahlawan, depan Rumah Dinas Gubernur Riau, persimpangan Jalan Diponegoro dan Gajah Mada, Pekanbaru, Riau. Mereka menolak dan mengutuk penggusuran dan relokasi masyarakat Rempang, Batam, Kepulauan Riau.
Massa bergerak dari Masjid Nurul Falah Jalan Sumatera dan tiba di Tugu Pahlawan Dipengoro pada pukul 14.00 WIB. Pindah dari lokasi semula, tua muda, wanita hingga anak-anak tumpah ruah. Ratusan personel polisi yang hampir sama banyaknya menyebar mengapit lingkaran aksi. Puluhan Personel Brimob juga bersiaga di dalam lingkungan rumah dinas.
Dalam orasinya, para penggelar aksi damai menolak dengan tegas relokasi masyarakat Melayu Rempang. Beberapa bersuara lebih keras dengan menolak investasi sama sekali.
Aksi simpati dan ungkapan rasa senasib sepenanggungan menjadi tema umum orasi. Seperti disampaikan Pimpinan Front Pembela Lancang Kuning Hendri Tambusai yang menekankan bahwa masyarakat Rempang adalah saudara masyarakat Riau.
"Rempang itu saudara kita, bukan mukmin kalau membiarkan saudara teraniayai, mereka dizamili. Kepada pemimpin kalian sudah zalim dengan rakyat sendiri, kalian sudah kami pilih. Jadilah pemimpin yang amanah, pemimpin yang peduli rakyat, bukan peduli kepada asing," teriak Hendri.
Hendri mengingatkan pemerintah, memimpin agar amanah, memperhatikan dan lebih mementingkan warganya sendiri. Dirinya mengingatkan bahwa pemipin yang zalim akan diminta tanggugjawabnya, baik di dunia maupun akhirat.
Usai Hendri, orasi disambung oleh Perwakilan Forum Umat Islam Banten Rauf. Rauf yang mengaku jauh datang dari Banten ke Riau untuk membela nasib warga Rempang, Batam.
"Mari kita bacakan Alfatihah, agar saudara kita di rempang sabar, tabah dan kuat. Serta bagi mereka yang zolim, apakah mereka pejabat tinggi atau siapapun, mudah-mudahahan Allah hinakan mereka sehina-hinanya," ungkapnya.
Rauf menyebutkan, kesewenang-wenangang pemerintahan dan keserakahan kapitalis ini terjadi tidak hanya di Rempang. Bahkan di Banten juga terjadi. Ada ancaman bencana lingkungan akan terjadi bila investasi industri ini dibiarkan.
Sementara itu Panglima Tengah Lembaga Laskar Melayu Bersatu Muhammad Uzer dalam orasinya menolak dengan tegas relokasi Rempang. Penggusuran menurutnya sangat tidak perlu. Bila yang dicurigainya benar, maka investasi di Rempang harus ditolak.
"Kita layak menduga dan bertanya, untuk apa mereka ingin menguasai semua pulau, padahal mereka cuma butuh 7000 hektare. Mengapa saudara kita harus diusir. Untuk apa? Untuk dibangun fasilitas judi? Kita layak menduga dan bertanya," kata Uzer.
Uzer mengingatkan pemerintah agar tidak zalim. Warga Rempang sudah beratusan tahun bermukim di sana. Mereka, kata Uzer, berbahagia dalam kesederhanaan, menangkap ikan, tertawa riang di tepi pantai. Apapun maksud tersembunyi dari investasi itu, LLMB Pekanbaru menurut Uzer, tegas menolak relokasi.
Sementara itu tokoh masyarakat Melayu Pelalawan di Pekanbaru, M Nasir Penyalai, ikut tampil berorasi. Mengenakan tanjak, Nasir menentang penggusuran masyarat Rempang. Apa yang dilakukan pemerintah sebuah perbuatan zalim.
"Kalau tidak ada bangsa Melayu, belum tahu Indonesia ini ada. Bagaimana bisa bangsa ini bersatu bila tidak ada Bahasa Melayu. Bahkan Sultan bangsa Melayu Riau terakhir menyumbangkan hampir seluruh kekayaannya untuk negara ini. Mengapa sekarang bangsa Melayu akan diusir," ungkap Nasir.
M Nasir mengingatkan pepatah Melayu yang terkenal dan kerap terulang dalam sejarah. Raja Alim Raja Disembah, Raja Zalim Raja Disanggah. Maka bila negara lebih mementingkan investasi asing, dari masyarakatnya, maka harus dilawan.
Laporan: Hendrawan Kariman (Pekanbaru)
Editor: Rinaldi