Perjuangan sang Perempuan Api

Riau | Sabtu, 17 Agustus 2019 - 09:35 WIB

Perjuangan sang Perempuan Api
Ilustrasi: Aidil adri Foto: M.AKHWAN

Dengan tantangan dan segala cobaan yang ia hadapi di lapangan, Masitoh bukannya kapok. Ia merasa, pekerjaan ini harus ia lakukan. Sebagai perempuan, ia harus mengambil peran dalam menyelamatkan lingkungan. Dukungan dari keluarga juga membuatnya tak ingin melepas pekerjaan ini. Kedua buah hatinya dan sang suami, Iwan Saputra Harahap, menjadi pendukung garis kerasnya.

"Bersyukur, keluarga selalu mendukung. Khususnya suami dan anak-anak. Walaupun anak-anak belum mengerti karena masih sangat kecil, namun mereka tahu bahwa ibunya bekerja sebagai pemadam api," sambungnya sembari memeluk si bungsu yang masih balita.


Tugas dan kodratnya sebagai istri dan ibu pun tak pernah ia abaikan. Sebelum berangkat kerja, ia selalu menyiapkan sarapan anak dan suami. Termasuk membereskan rumah. Ia juga mengantar anak pertamanya yang masih SD ke sekolah dan menyiapkan bekal makan siangnya.

Meski begitu, ada rasa berat dan sedih dalam hatinya, tiap kali dirinya harus pergi memadam api. Membayangkan wajah suami dan anak, kadang membuatnya menangis saat di lapangan. Terlebih, anak pertama juga sering menghubunginya via handphone. Sekadar menanya bagaimana kabar di lapangan dan kapan pulang.

"Ya sedih kalau ingat mereka saat lagi di lapangan. Saya selalu bilang ke mereka, doakan ummi nak saat di lapangan. Umi sedang menjalankan tugas. Mudah-mudahan selamat pulang perginya. Ini tugas mulia yang diberikan Tuhan untuk ummi. Ummi sayang sama kalian," paparnya.

Dengan derai air mata, kalimat tersebut keluar dari bibir Masitoh Hasibuan. Napasnya sesak. Air matanya berderai laju. Wajahnya pun memerah. Kalimat tersebut, selalu ia sampaikan kepada kedua buah hati dan suaminya. Di kala dirinya mendapat tugas memadamkan dari Manggala Agni.

Namun, ia yakin dirinya berada di jalan yang benar. Pekerjaan yang dilakukannya adalah pekerjaan mulia yang menyelamatkan nyawa banyak orang. Pekerjaan yang bisa menjaga lingkungan. Melindungi generasi. Sebagai Manggala Agni, ia berharap, semoga pemabakaran bisa berkurang.

"Semoga banyak yang sadar. Tidak ada lagi yang membakar hutan.  Kalau pembakar hutan ada di hadapan saya, ya pasti saya tangkap. Saya bawa ke kantor polisi. Pernah ada kejadian seperti itu, tapi orangnya tidak ditemukan," sambungnya.

Ia pun ingin, agar kekompakan Tim Manggala Agni Daops Pekanbaru tetap terjaga. "Tetap semangat rekan-rekanku di lapangan. Jaga jiwa korsa kalian. Jaga terus kekompakan kita. Manggala Agni, jaya, jaya, jaya," tegasnya.

Perjuangan perempuan api ini pun tak akan ia akhiri. Sampai si penjajah yang membakar lahan dan hutan benar-benar tak ada lagi. Sama seperti kisah Siti Masyitoh pada zaman Nabi Musa dan Firaun, Masitoh Hasibuan pun akan tetap istiqomah, tak gentar dan yakin akan pilihannya sebagai perempuan api.***

Laporan: Siti Azura
Editor: Arif Oktafian









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook