MEMANCING AWAN LEWAT MODIFIKASI CUACA

Buat Hujan di Langit Riau, 40 Ton Kalsium Oksida Disemai

Riau | Selasa, 17 September 2019 - 14:51 WIB

Buat Hujan di Langit Riau, 40 Ton Kalsium Oksida Disemai

PEKANBARU (RIAUPOS.CO)- Presiden pun sudah turut salat minta hujan (Istisqa). Sebelumnya imbauan juga dikeluarkan Gubernur Riau H Syamsuar kepada seluruh daerah. Namun, hujan belum kunjung turun. Doa sudah, upaya sudah. Upaya pun dilakukan lebih keras, dengan memancing awan agar hujan melalui modifikasi cuaca.

Caranya pun dirobah. Bukan saja garam yang biasa disemai di langit Riau. Kali ini 40 ton kalsium oksida disiapkan. Mengunakan tiga jenis pesawat. Diterbangkan langsung dari Halim Perdana Kusumah, Jakarta Timur menuju Lanud TNI AU Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.

“Radiasi matahari terhalangi kabut asap, jadi awan susah terbentuk karena penguapan terhambat. Dengan kapur tohor aktif ini diharapkan konsentrasi asap berkurang, awan terbentuk, dan garam bisa ditebar untuk hujan buatan," ujar Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto.


Informasi yang disampaikan melalui rilis resmi BNPB oleh Plt Humas Agus Wibowo, Selasa (17/9/2019) ini. Mengungkapkan bahwa puluhan ton Kalsium Oksida tengah disiapkan dan dalam perjalanan ke Riau. Hal ini juga menindaklanjuti instruksi Presiden RI Ir Joko Widodo pada rapat terbatas Senin malam di Pekanbaru.

Menurut Agus, kabut asap pekat dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi faktor yang menghambat proses penguapan sebagai syarat terbentuknya awan. Asap karhutla tertahan dan malayang di angkasa sehingga sinar matahari tidak tembus ke bumi dan proses penguapan air terhambat.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau potensi pertumbuhan awan memang masih sulit terjadi. Sedangkan upaya penyemaian garam (NaCl) sebagai syarat untuk membuat hujan buatan sendiri dibutuhkan awan yang mencapai minimal 80 persen.

Atas dasar tersebut, BNPB berkolaborasi dengan BPPT dan BMKG menerapkan modifikasi teknologi sebagai upaya menghilangkan asap karhutla. Menggunakan Kalsium Oksida atau kapur tohor aktif (CaO) yang bersifat eksotermis (bersifat mengeluarkan panas).

“Kapur tohor ditaburkan di gumpalan asap sehingga dapat mengurai partikel karhutla dan gas. Akibatnya asap hilang dan radiasi matahari bisa menembus ke permukaan bumi,” kata Agus mengenai upaya yang dilakukan.

Pihak BPPT sendiri telah menyiapkan 40 ton kapur tohor aktif. Bukan saja Riau, puluhan ton lain juga akan digunakan di daerah yang terjadi bencana asap, baik Sumatera maupun Kalimantan.

Untuk menaburkan kapur tersebut, BPPT akan menggunakan tiga jenis pesawat. Yakni Cassa 212 dengan kapasitas 800 kilogram, CN 295 dengan kapasitas 2,4 ton dan pesawat Hercules C 130 dengan kapasitas 4-5 ton.

 
Laporan: Eka Gusmadi Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook