Terjerat, Harimau Inung Nio Akhirnya Mati

Riau | Minggu, 07 Juli 2019 - 14:29 WIB

Terjerat, Harimau Inung Nio Akhirnya Mati

“Di dapat hasil pengamatan adanya kerontokan rambut, air liur berlebih, mata berair dan hilangnya nafsu makan. Lalu terjadi peningkatan frekuensi nafas mulai pukul 16.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB,” sebutnya pada Kamis (4/7).

Pada 15 April 2019 diambil tindakan medis, dikarenakan adanya lendir pada rongga hidung serta mengalami reflek batuk dan kejang-kejang. Lalu diambil tindakan pacu jantung. Namun, Inong Nio tidak bereaksi apapun hingga akhirnya dinyatakan meninggal.


Lalu pada 16 April 2019, dilkukan pemeriksaan kematian Inung Rio oleh tim medis. Hasil diagnosa sementara yaitu adanya gangguan sistem pernapasan dengan suspek infeksi jamur dan bakteri clostridium tetani, kegagalan sirkulasi darah, gangguan fungsi saraf ringan dan distemper. Itulah yang menjadi penyebab utama menurunnya kondisi Inung Nio. Sehingga bakteri yang ada ditubuhnya otomatis semakin mempengaruhi kondisi Inung Nio hingga akhirnya meninggal.

‘’Di luar itu, dengan terjeratnya Inung Nio, kami dari BBKSDA Riau bersama aparat pengamanan lainnya dan tentunya gabungan dari Direktorat Jenderal Hukum Pusat melakukan operasi sapu bersih terhadap jerat-jerat yang ada di seluruh kawasan hutan di Provinsi Riau. Operasi ini memang tidak dilakukan terbuka, sampai saat ini teman-teman lain masih melakukan operasi di kawasan konservasi maupun di luar kawasan konservasi,” jelasnya.

Selanjutnya, terkait dua harimau yang berada di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharma Seraya, itu akan segera akan segera dilakukan rilis di kawasan konservasi di Provinsi Riau.

“Saat ini adalah untuk mendatangkan GPS Collar bagi dua harimau yang akan dirilis tersebut. Alhamdulillah kabar terakhir GPS-nya sudah akan masuk ke kawasan Indonesia. Mudah-mudahan akhir bulan ini kami bisa lakukan rilis yang akan masuk di kawasan Provinsi Riau,” imbuhnya.

Sementara untuk harimau Bonita dan Atan tidak terlalu bermasalah untuk mencari lokasi yang berjauhan, namun bisa berdekatan.

Sementara itu upaya peningkatan populasi Harimau Sumatera di habitat alam yang dilakukan oleh Kementerian LHK bersama para mitra adalah melakukan pemantauan secara berkala dan sistematik dengan Sumatran Wide Tiger Survey. Sebanyak 74 tim survei dari 30 lembaga terlibat dalam pelaksanaan survei di 23 wilayah sebaran Harimau Sumatera seluas 12,9 juta ha.

Melalui upaya tersebut terdapat kenaikan populasi Harimau Sumatera di site monitoring milik UPT Direktorat Jenderal KSDA, dari tahun 2017 terpantau 157 individu menjadi 220 individu pada tahun 2018. (*3)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook