KHAIRUNNAS RAJABĀ  (REKTOR UIN SUSKA)

Ramadan: Kedatangan Ditunggu Sejagat

Petuah Ramadan | Sabtu, 01 April 2023 - 15:37 WIB

Ramadan: Kedatangan Ditunggu Sejagat
Khairunnas RajabĀ  (INTERNET)

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang melindungi dan mengawasi segenap jagat semesta. Sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, Islam memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap alam dan seisinya. Kepekaan yang hadir di tengah ke rahmatan tidak dapat dibelah pilih, bahkan menawarkan kasih sayang paripurna pada masyarakat 5.0.

Tawaran Islam melalui rahmatan lil ‘alamin mereformulasi sistem dan gaya hidup yang sehat psikologis dan sehat raga. Sistem dan gaya hidup tidak seimbang yang ditolerir masyarakat modern sebagai representasi transformasi teknologi bebas kendali menjadi keniscayaan tawaran yang bermakna bahwa Islamlah solusinya.


Teknologi informasi dan transformasi ilmu pengetahuan pada prinsipnya adalah sebuah tawaran berharga bagi keumatan. Namun pemanfaatan teknologi bebas nilai telah menggerus tatanan masyarakat yang terbentuk secara alami sejak dulu. Keadaban dan tata nilai cenderung mulai terabaikan, individualitas meroket dan meninggalkan sendi-sendi normatif yang melekat tergugurkan. 

Ilustrasi yang menggambarkan bahwa nilai-nilai normatif mundur, dapat dilihat pada sekumpulan atau komunitas yang kononnya merajut silaturahmi, tetapi nyatanya sibuk dengan gadget masing-masing. Peristiwa dan fenomenal transformatif dari melajunya teknologi acapkali tidak seimbang dengan nilai agama, norma, susila, dan budaya. Ini menandakan ada sinyalemen negatif yang perlu diluruskan agar supaya jebakan teknologi tidak mengatur ritme kehidupan psikologis dan fisikal anak manusia.

Catatan penting referensi globalisasi dan teknologi digital telah menimbulkan kecanduan aktif pada generasi abad ini tanpa dapat dibedakan kaum tua, muda, remaja, dan anak-anak yang terlibat pemakaian karya teknologi digital di berbagai sudut negeri.

Dasar pemikiran di atas adalah deskripsi yang disadari, namun belum mampu menjawab tantangan kemodernan, karena kecanduan yang sulit dielakkan. Mahdi el-Gholsaniy menyebut efek sains modern menyisahkan persoalan kemanusiaan seperti stress meningkat dengan tajam. Tidak pelak lagi, era milenium membuat ketergantungan manusia signifikan pada teknologi dan melupakan spiritual. Padahal spiritual dapat menghimpun yang terserak pada elemen-elemen sosial kemasyarakatan. 

Spiritualisasi Islam mendorong individu berkomunikasi dengan Tuhan, antara sesama, bahkan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan Tuhan (hablumminallah), antara individu (hablum minannas), hewan dan tumbuh-tumbuhan(hablum minal ‘alam dapat menimbulkan energi positif pada setiap diri secara sinergis dan simultan. Justru melampaui jangkauan psikologis untuk bisa menjadikan jiwa tenang dan tenteram. Ketenangan dan ketenteraman adalah wujud nyata dari perolehan kesehatan mental.

Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian di antara elemen-elemen kejiwaan berupa self adjusment, self management, self regulation, sense belonging, sense of crisis, empati, simpati, dan asertif. Apabila individu memeiliki kesadaran dan tanggungjawab terhadap diri sendiri dan lingkungan, maka kesehatan mental paripurna adalah bagian dari kehidupan di sepanjang waktu.

Momentum spiritualisasi Islam dapat digambarkan dalam ibadah yang menghiasi diri individual. Berspiritualisasi artinya menghadapkan segenap jiwa dan raga kepada Tuhan semesta alam yang di dalam mempunyai karakteristik tertentu menuju pertemuan dengan Sang Khalik ( pencipta alam semesta).

Momentum lain dari spiritualisasi Islam lebih banyak didapat pada bulan Ramadan. Spiritualisasi Islam melalui Ramadan menghimpun segala kebaikan dunia dan akhirat. Sebagai bulan maghfirah, Ramadan menawarkan ampunan yang ditandai dengan dibukanya pintu taubat dan terbelenggunya setan-setan. Bahkan perilaku setan tereliminasi dengan sendirinya, disebabkan pintu-pintu maksiat tertutup oleh amalan Ramadan yang pahalanya berlipat ganda. 

Ramadan membuka kesempatan kepada kaum mukminin untuk mewujudkan rasa solidaritas yang tinggi. Di dalam Ramadan kaum mukminin berbondong-bondong ke mesjid untuk menunaikan qiyamul lail yang di luar Ramadan minus dilakukan. 

Masyarakat sosial yang terhimpun dalam wadah imarah mesjid, menunjukkan kesadaran atas berkah Ramadan yang tidak dapat dipungkiri oleh siapapun. Bukan hanya itu, pengumpulan zakat, infak, dan sedekah dengan mudah menjadi wujud nyata bahwa adanya keinginan memperoleh nilai lebih dari kehadiran syahrusshiyam.

Kesadaran dan solidaritas yang muncul pada Ramadan adalah keniscayaan yang mengurai benang merah antara sesama untuk bersama-sama meraih kebaikan dan rahmatan lil ‘alamin. Semoga bermanfaat, aamiin.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook