PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Proyek Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpadu (SPALD-T) di Pekanbaru Kecamatan Sukajadi sudah selesai tahun 2022. Namun masih menyisakan dampak.
Menyikapi hal tersebut, Iwan Satria Angga, Manajer Operasional Lapangan dari Hutama Karya-Rosalisca, KSO, tidak membantah bahwa masih ada pekerjaan pemeliharaan jalan pasca pengerjaan proyek SPALD-T. Namun menurutnya, hanya menyisakan satu lubang saja yang akan segera diperbaiki. Dia menjanjikan perbaikan jalan yang rusak tersebut akan tuntas pada bulan depan.
"Hanya di Jalan Teratai, Kecamatan Sukajadi, cuma ada satu lubang saja dan itu ditargetkan tuntas diperbaiki bulan Juli mendatang," ujar Iwan kepada Riau Pos, kemarin.
Sementara sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru telah mengimbau agar kontraktor SPALD -T segera memperbaiki jalan rusak yang disebabkan pekerjaan proyek tersebut. Karena sekarang masa pemeliharaan dinilai Pemko tepat untuk melakukan pemeliharaan.
"Kami imbau agar para kontraktor IPAL segera melalukan perbaikan untuk jalan-jalan yang rusak. Proyek IPAL sudah selesai tahun lalu dan sekarang masa pemeliharaannya," ujar Sekretaris Kota (Sekko) Pekanbaru Indra Pomi Nasution.
Dalam pada itu, dampak kerusakan jalan akibat proyek tersebut sudah banyak dikeluhkan warga Pekanbaru. "Jalan yang rusak akibat IPAL masih ada, untuk perbaikan ya jangan asal saja, karena kualitasnya tidak sama dengan jalan aslinya, ada yang aspalnya menurun dan ada yang sedikit ketinggian," ujar Wanda salah satu warga Pekanbaru.
Roni, tokoh masyarakat Sukajadi mengatakan pekerjaan pembangunan IPAL atau SPALDT yang terlalu lama membuat banyak ketidakpuasan dari masyarakat. "Pekerjaannya terlalu lama," katanya kepada wartawan, Senin (26/6).
Dari pekerjaan yang sudah dilakukan, ada jalan yang sudah diaspal, ada yang belum. "Yang sudah diaspal itu banyak yang turun lagi aspalnya, kemudian retak, manhole atau lubang perawatan banyak yang nonjol lebih tinggi dari aspal. Dan ini semakin hari semakin meresahkan," tambah Roni.
Dia menyatakan, bahwa kondisi jalan yang dimaksud ialah tepat di Jalan Melur. "Karena jalannya rusak parah dampak pekerjaan galian, ada masyarakat yang jatuh akibat jalan berlubang sehingga mengakibatkan cedera," ungkapnya.
Kerusakan jalan lainnya juga dapat dilihat di Jalan Dahlia, Jalan Teratai, Jalan Rajawali, Jalan Melati, Jalan Cempaka, dan terusannya. "Dan sampai hari masih ada pekerjaan di Jalan Teratai, dan jalan masih saja alami kerusakan," ujarnya.
Disampaikannya lagi, dari pekerjaan galian membuat sendimen tanah berkumpul di parit, ditambah drainase tak terawat. "Ini selalu dibersihkan oleh pasukan kuning, padahal seharusnya tanggung jawab kontraktor pelaksanaan," paparnya.
Dia menyayangkan, seharusnya pekerjaan yang tadinya digali setelah selesai diperbaiki lagi seperti semula, bukan bongkar pasang dan tak juga diperbaiki seperti awal.
"Getaran saat menanam besi, itu merusak jalan lainnya. Banyak yang rusak, harusnya semua yang terdampak diperbaiki secara utuh, tidak asal perbaiki," ujarnya.
Sebagai warga Sukajadi, dia mengatakan banyak titik-titik dikeluhkan masyarakat, jadi perhatian pemerintah dan ketegasan pemerintah diminta untuk dapat bersikap kepada kontraktor pelaksana.
"Membangun jalan itu biayanya tidak sedikit, ratusan miliar dari APBD, dan untuk diketahui jalan kota Pekanbaru tidak pernah separah ini. Pemko harus panggil rekanan, rapatkan kembali, evaluasi betul, tanggungjawab penuh tetap di kontraktor," harapnya.
Menanggapi hal ini, Ketua Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru, Nurul Ikhsan hanya menegaskan, masalah perbaikan jalan rusak akibat pekerjaan galian ini diserahkan sepenuhnya kepada pemko.
"Keluhan masyarakat sudah banyak, dan urusan ini kami serahkan ke pemko yang mengambil kebijakan. Karena kalau kami tentu sejalan dengan masyarakat minta jalan kembali bagus," tuturnya.(ilo/gus/yls)