PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru melalui Dinas Pendidikan mulai melakukan langkah antisipasi bahaya Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Salah satunya dengan memasukkan materi bahaya LGBT ke lingkungan sekolah. Pemko berencana memasukkan mata pelajaran bahaya LGBT ke dalam kurikulum muatan lokal.
"Kami tidak membuat kurikulum khusus untuk mengantisipasi pengaruh LGBT sejak dini. Tetapi akan dimasukkan dan terintegrasi di dalam beberapa mata pelajaran (mapel)," ujar Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru Dr H Abdul Jamal MPd kepada Riau Pos, kemarin.
Pemko Pekanbaru telah menyusun strategi untuk melakukan upaya pencegahan perilaku menyimpang ini, mulai dari anak usia dini. Pasalnya, LGBT berkaitan dengan jumlah penderita HIV dan AIDS yang tinggi di Pekanbaru, dibandingkan kabupaten dan kota lain di Riau.
Sementara itu sebelumnya, Penjabat (Pj) Walikota Pekanbaru, Muflihun SSTP MAP juga telah mendukung masuknya kurikulum bahaya LGBT ke sekolah. Ia menuturkan, upaya Pemko hanya bisa menyampaikan imbauan kepada masyarakat melalui Diskes dan Dinas Pendidikan (Disdik) tentang bahaya LGBT.
Lanjutnya, kemudian, materi terkait bahaya LGBT, HIV dan AIDS, serta lingkungan bersih akan dimasukkan dalam muatan lokal di sekolah-sekolah. Ia berharap agar program ini bisa berjalan efektif untuk pencegahan LGBT dan menurunkan kasus HIV/AIDS.
Muflihun mengingatkan masyarakat terhadap bahaya perilaku LGBT. Keberadaan komunitas LGBT menjadi perhatian Pemerintah Kota Pekanbaru sejak awal tahun 2023.
Apalagi salah satu penyebab penambahan kasus HIV/AIDS di Kota Bertuah ini, disebabkan adanya perilaku homo seks. Disamping itu, orang nomor satu di Kota Pekanbaru ini, menegaskan bahwa Satpol PP Kota Pekanbaru sudah intens melakukan razia di lokasi terindikasi ada aktivitas LBGT.
Dirinya menyebut bahwa saat ini dalam razia masih dilakukan upaya persuasif. Ia juga mengingatkan para guru di sekolah agar ada pola pendidikan kerohanian atau lewat pendekatan keagamaan.
Pendekatan ini untuk menjauhkan pengaruh anak-anak dan remaja dari paparan LBGT. Ia menyebut harus ada langkah antisipasi sejak dini terhadap pengaruh LGBT.
Dirinya menyadari tidak bisa mengetahui secara pasti pelaku LBGT. Namun ia banyak mendapat informasi terkait keberadaan LGBT di Kota Pekanbaru.
Sementara itu Diskes Kota Pekanbaru mencatat, sepanjang 2022 lalu terdapat sebanyak 403 kasus HIV dan AIDS. Ratusan kasus tersebut terdiri dari 225 kasus HIV dan 178 kasus AIDS.(yls)
Laporan JOKO SUSILO, PEKANBARU