DANNIL, ANAK PEMIJAT TUNANETRA YANG LULUS POLISI

Ngamen Bareng Ayah Demi Biaya Fotokopi

Pekanbaru | Rabu, 08 Agustus 2018 - 11:59 WIB

Ngamen Bareng Ayah Demi Biaya Fotokopi
LULUS POLISI: Muhammad Abdul Dannil (tengah) menjalani pendidikan polisi di SPN Rumbai, Pekanbaru, Selasa (7/8/2018). (SARIDAL/RIAU POS)

Tinggal di Rumah Petak

Dannil biasanya tinggal bersama ayah dan saudaranya. Kalau dulu, ada ibunya, kini tidak lagi. Beberapa bulan lalu Yulianti, ibu Dannil meninggal dunia. Mereka mendiami sebuah rumah petak di Jalan Gulama, Gang Paris, RT 4, RW 4, Kelurahan Tangkerang Barat, Marpoyan Damai, Pekanbaru.

Baca Juga :Polsek Senapelan Rangkul Tokoh Agama Sampaikan Pesan Pemilu Damai

Rumah ini terlihat sangat sederhana. Berukuran sekitar 6x6 meter. Di dalamnya hanya ada tiga ruangan. Satu ruang tamu, satu kamar tidur dan satu dapur. Rumah tanpa cat, dinding hanya berlapis semen kasar. “Sudah lama kami tinggal di sini. Sejak Dannil kecil lagi,” kata Syambasri saat ditemui Riau Pos di rumah itu, kemarin petang.

Kata Syambasri, sudah 20 tahun lebih mereka tinggal di sana. Awalnya, rumah itu hanya berdiri sebuah pondok kecil setelah dibelinya sebidang tanah. “Saya beli kredit dulu tanah ini. Harganya masih murah, tapi dulu masih rawa,” kata dia.

Di sanalah dijalaninya profesi sebagai tukang pijat. Tunanetra yang dialaminya, juga tak membuat dia patah semangat untuk menghidupi keluarganya. “Di sinilah Dannil dibesarkan,” kata dia.

Sejak kecil, kata Syambasri, Dannil sudah bercita-cita untuk menjadi polisi. Dia bersama istrinya, selalu menyokong cita-cita anak keempatnya itu. Keluarga semakin semangat mendorong Dannil menjadi polisi, karena memang dia berprestasi. “Sejak SD dia ini sudah berprestasi. Selalu dapat juara satu. SMP selalu juara satu juga. Tapi di SMK dapat ranking,” katanya.

Dannil pun, kata Syambasri, adalah anak yang gigih. Tak mudah patah semangat. “Ada yang bilang, mana bisa jebol kalau tanpa uang. Tapi dia tak menghiraukan itu. Buktinya sekarang, dia lulus tanpa uang. Lulus murni karena kemampuan dia. Ketika dia bilang, Dannil lulus murni Yah, tanpa bekingan tanpa biaya. Saya langsung terharu. Kami bangga. Tetangga, orang-orang di sini juga ikut bangga,” sambungnya.

Tetangga pun, turut senang mendengar kabar Dannil lulus murni. Bagi mereka, Dannil adalah sosok anak yang baik, dan terkenal ramah. Dannil pun sering membantu orang sekitar. Panutan bagi orang di lingkungan itu. “Dia sering ngajarin anak-anak sekolah di sini. Nunjukin PR anak-anak. Ada anak SMA, SMP, SD yang minta diajarkan buat PR,” kata Leni (35), salah seorang tetangga Dannil.

Ngamen Bareng Ayah

Tak terbantah lagi kalau Dannil lulus murni. Ayahnya saja berprofesi sebagai tukang pijat, yang berpenghasilan rendah. Kadang, untuk memenuhi keperluan, ayahnya pergi mengamen.

Syambasri sering mengajak Dannil untuk pergi mengamen. Bermodalkan alat karaoke portabel sederhana, mereka mendatangi tempat-tempat keramaian. “Di Pasar Kodim pernah kami ngamen. Di tempat-tempat orang jualan makan,” ujarnya.

Kalau memijat, Syambasri melakukannya di rumah itu. Ada juga panggilan di luar. “Kalau di luar, Dannil yang antarkan saya,” katanya.

Tak melulu banyak pasien Syambasri. Penghasilannya juga tak menentu. Kadang ada, kadang tidak.  “Ada dikasih Rp30 ribu, ada juga Rp50 ribu. Kalau dikasih Rp20 ribu, saya terima juga. Tak ada saya patok harganya. Tapi alhamdulillah, mencukupi untuk biaya keluarga,” katanya.

Mudah-mudahan, dengan lulusnya Dannil menjadi polisi, bisa membantu perekonomian keluarganya. Karena, masih ada dua orang adiknya yang masih sekolah. “Adik-adiknya bisa dibimbing sama dia,” ujar Syambasri.(man/ted)

Laporan SARIDAL MAIJAR dan SAKIMAN, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook