DANNIL, ANAK PEMIJAT TUNANETRA YANG LULUS POLISI

Ngamen Bareng Ayah Demi Biaya Fotokopi

Pekanbaru | Rabu, 08 Agustus 2018 - 11:59 WIB

Ngamen Bareng Ayah Demi Biaya Fotokopi
LULUS POLISI: Muhammad Abdul Dannil (tengah) menjalani pendidikan polisi di SPN Rumbai, Pekanbaru, Selasa (7/8/2018). (SARIDAL/RIAU POS)

PEKANBARU (RIAU POS.CO) - Muhammad Abdul Dannil menjadi saksi, bahwa untuk sukses itu tak selalu dengan uang. Pria kelahiran Pekanbaru 29 April 1998 itu lulus dalam penerimaan calon bintara 2018 Kepolisian Daerah (Polda) Riau, walaupun dengan dana minim. Dannil dinyatakan lulus sebagai calon bintara Polri di Gedung Serindit Gubernuran Riau, Jumat (3/8). Wakapolda Riau Brigjen Pol HE Permadi yang langsung membacakan nama-nama calon siswa yang lulus itu, pada sidang terbuka kelulusan akhir.

Selasa (7/8), menjadi hari pertama bagi Dannil menjalani pendidikan polisinya, di gedung sementara Sekolah Polisi Negara (SPN) Rumbai, Pekanbaru. Bersama 177 calon bintara lainnya, dia melaksanakan pendidikan. Sekilas, tak ada yang istimewa darinya. Jika dia mengenakan seragam polisi, pun yang lainnya begitu. Rambutnya botak, calon bintara lainnya juga sama.

Baca Juga :Polsek Senapelan Rangkul Tokoh Agama Sampaikan Pesan Pemilu Damai

Namun menjadi istimewa dari Dannil adalah semangatnya. Kegigihan Dannil untuk menggapai cita-citanya, bisa menjadi motivasi bagi setiap orang. Walaupun sudah dua kali gagal jadi polisi, tak membuat semangatnya patah, tapi terus mencoba. “Saya sudah dua kali tes. Tahun lalu dan awal 2018. Tapi tidak lulus. Kenanya di pantukhir (pantauan terakhir, red),” kata Dannil, saat ditemui Riau Pos di lokasi SPN, Selasa (7/8).

Namun pada tes yang ketiga kalinya dia dinyatakan lulus. Kelulusan itu disambut haru ayahnya Syambasri, yang tak lain berprofesi sebagai tukang pijat tunanetra. Bagi Dannil, tak mudah untuk bisa mencapai cita-cita ini. Dia harus berjuang sekuat tenaga. “Saya setiap hari joging. Kadang lari di dekat rumah, kadang di komplek Brimob,” kata anak keempat dari enam bersaudara ini.

Untuk membeli keperluan dan perlengkapan, dia harus ikut mengamen bersama ayahnya. Ya, selain berprofesi sebagai tukang pijit, ayahnya juga sering mengamen. “Kami ngamen di tempat-tempat makan. Kadang di Pasar Kodim juga,” ujar Dannil.

Uang hasil ngamen itu, dijadikan oleh Dannil untuk membeli perlengkapan tes. Seperti memenuhi biaya fotokopi kelengkapan surat-surat, biaya cuci foto, dan beli materai. “Cuma itu biaya yang saya keluarkan. Tak bayar-bayar lain untuk bisa lulus. Setiap tes yang saya lewati, tidak dipungut biaya,” tegasnya.

Dannil juga telah mempersiapkan pengetahuan tentang ilmu kepolisan. Teori-teori itu dipelajarinya sendiri, tanpa mengikuti les.  “Saya belajar sama teman-teman. Saya beli buku-buku juga. Saya searching di Google juga,” kata Dannil.

Pria lulusan SMKN 2 Pekanbaru ini terlihat bersemangat mengikuti pendidikan itu. Saat ditanya bagaimana respon keluarganya setelah tahu dia lulus polisi, Dannil langsung terharu. Terlebih ketika dia mengingat sosok sang ibu. “Ibu saya sudah meninggal dunia karena sakit stroke bulan Ramadan lalu. Tak sempat beliau melihat saya lulus. Dulu, dia selalu memberi semangat untuk saya,” ujarnya.

“Saya akan banggakan almarhumah, ayah, dan keluarga semua,” sambung Dannil.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook