PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Memasuki bulan ketiga di tahun 2022, persoalan sampah di Kota Pekanbaru tak pernah ada habisnya. Bahkan kini, tumpukan sampah kian masif dibuang di setiap badan jalan, sehingga membuat kondisi Kota Pekanbaru telihat kumuh.
Pantauau Riau Pos, Senin (28/2) di sejumlah jalan protokol dan alternatif di Kota Pekanbaru seperti di Jalan Soekarno Hatta, Jalan Siak II, Jalan Air Hitam dan Jalan Tuanku Tambusai tumpukan sampah tak hanya menyerupai gundukan bukit, tetapi juga meluas hingga mencapai puluhan meter panjanganya dan mengambil sebagian badan jalan yang ada.
Tak hanya itu, aroma bau tidak sedap juga kerap menyeruak dan mengancam kesehatan masyarakat di sekitar tumpukan sampah serta pengendara sepeda motor yang melintas.
Kondisi ini juga kerap diperparah dengan banyaknya pemulung yang sengaja membongkar isi sampah yang di buang oleh oknum masyarakat di badan jalan, serta tidak adanya pengangkut sampah secara keseluruhan di lokasi tersebut.
Salah seorang warga di Jalan Air Hitam Mulyadi mengaku sudah terlalu kesal dengan tumpukan sampah yang masih terus dibuang di badan jalan oleh pengendara beca motor dan oknum masyarakat. Meskipun kerap dilakukan pengerukan oleh petugas kebersihan, tetapi hanya satu kali pengangkutan yang dilakukan tersebut dirasa tidak dapat menyelesaikan masalah sampah yang ada, karena tidak adanya petugas ataupun pihak terkait yang memberikan sanksi tegas kepada oknum pembuang sampah di badan jalan tersebut.
Dirinya juga kerap membakar sendiri tumpukan sampah plastik yang terbawa angin dan masuk ke tempat tinggalnya. Karena marasa kawasan pemukimannya berubah menjadi kumuh walaupun berada di tepi jalan.
"Saya berharap diangkut semua sampah ini dan ditutup jangan sampai jadi tps ilegal. Kasihan kami warga sekitar sini yang harus dipaksa berdampingan hidup dengan tumpukan sampah," kata dia.
Hal serupa juga dirasakan oleh Arif, salah seorang warga di Jalan Siak II. Menurutnya, tumpukan sampah tersebut sudah muncul beberapa tahun yang lalu, di mana saat itu posisinya masih didekat tugu menabung. Tetapi setelah dilakukan pembersihan beberapa tahun lalu, kini tumpukan sampah tersebut mulai menyeruak ke badan Jalan Siak II.
Meskipun berada dekat dengan tempat pembuangan akhir (TPA) Muara Fajar. Namun tumpukan sampah di badan jalan itu kian menumpuk dan hampir memakan sebagian ruas jalan yang sangat sempit dan kerap dilintasi kendaraan bermuatan besar.
"Susah kalau kita warga saja yang bertindak dan pemerintah setempat ataupun Kota Pekanbaru tidak membantu menangani masalah tumpukan sampah ini, sehingga kita harus pasrah kalau dibilang sebagai kota yang sudah mulai tidak peduli terhadap lingkungan dan kebersihan," ujarnya.
Salah seorang pengendara mobil yang melintas di Jalan Siak II, Munaroh mengaku rindu saat Kota Pekanbaru masih dipimpin oleh orang yang tepat dan selalu membuat Kota Pekanbaru mendapatkan penghargaan sebagai kota terbersih dan bebas dari tumpukan sampah.
Namun kini, selama sepuluh tahun terakhir bukannya pencapaian terbaik tersebut yang diperoleh oleh masyarakat Kota Pekanbaru, melainkan mendapatkan julukan yang tidak sedap didengar karena tumpukan sampah yang tidak tertangani dengan baik oleh pemerintah.
"Saya jadi rindu di zaman almarhum Pak Herman Abdullah dulu, kita bangga bisa menyebut Kota Pekanbaru sebagai Kota Terbersih. Tapi sekarang, jangankan berharap mendapat adipura, menatap sekeliling jalan protokol saja dengan tumpukan sampah yang sengaja dibiarkan dan tidak diangkut dengan baik sudah membuat kita kecewa," tegasnya.(ayi)