Namun, musim pertama Vardy di Leicester pada 2012/13 tak berakhir manis. Proses adaptasi yang sedikit lambat membuat Vardy kerap mendapat kritik dari suporter di sosial media. Vardy tak menghiraukannya dan terus berusaha menampilkan performa terbaiknya bersama Leicester , yang membuatnya terbilang sukses di musim keduanya. 16 gol disumbangkannya buat Leicester, sekaligus membawa timnya promosi ke Liga Primer Inggris dan membuatnya dinobatkan sebagai Pemain Terbaik versi Pemain Leicester di musim 2013/14.
Setelahnya, Vardy kembali harus menyesuaikan diri dengan ketatnya kompetisi Liga Primer dan hanya bisa memberikan kontribusi lima gol buat timnya di sepanjang musim, tapi sukses mempertahankan timnya bertahan di kasta teratas kompetisi terbaik di Inggris tersebut.
Dan di musim ini Vardy semakin menunjukkan keberingasannya di depan gawang lawan, dengan 14 gol dari 14 laga sudah menjadi kontribusinya sejauh ini.
"Saya pikir ia masih bisa berkembang lebih baik lagi karena ia yakin dengan kualitasnya. Ia memberikan segalanya sebanyak 100 persen dan 2,000 mil per jam," sanjung Claudio Ranieri, pelatih Leicester.
Lalu, apa yang menjadi rahasia sukses Vardy sampai seperti ini? "Ia tak kenal takut ketika berada di lapangan, tapi tetap tenang di setiap situasi. Tak ada yang bisa membuatnya gentar," ujar agen Vardy, John Morris.
Dan yang paling menonjol adalah kerja kerasnya di lapangan sepanjang laga. Nyaris di setiap momentum Vardy terlibat dalam permainan Leicester, dalam bertahan mau pun menyerang. Kapabilitasnya memaksimalkan potensi dua kakinya juga pantas mendapat pujian, pun demikian dengan kecepatan dan dinamisasi permainan, juga keberanian duel di udara.
"Vardy membangun tempo dan gaya bermain timnya dan tak memberikan kesempatan pemain di belakangnya untuk tidak berjuang keras," sanjung analis Sky Sport, Gary Neville.
Karakter Vardy sejatinya adalah pemain yang serba bisa. Ia memiliki kecepatan sebagai pemain sayap, tapi presisi sebagai pemain depan. Kombinasi ini membuat Ranieri bisa mudah memindahkannya dari satu sisi ke sisi lain untuk mengadaptasi permainan dan skenario permainan yang berbeda. Itulah yang terlihat dalam setiap pertandingannya, termasuk ketika menjebol jala Manchester United (MU) dalam pertandingan terakhir Liga Inggris pekan lalu.
Ketika Ryad Mahrez mendapat bola di sayap kanan, dengan cepat Vardy berlari mendahului bek-bek MU. Setelah sampai di kotak penalti, dengan tendangan keras kaki kanannya menjebol jala David de Gea. Setelah itu, dalam berkali-kali momen dia melakukan pressing ketat saat bek MU memegang bola, termasuk momen saat dia berlari kencang mengejar bola yang hampir ke tangan De Gea yang membuat kiper Spanyol tersebut terluihat marah. Keduanya terlihat saling adu argumentasi. Sayangnya, gol sundulan Bastian Schweinsteiger membuat pertandingan harus berakhir 1-1.
Peforma Vardy yang mentereng ini membuat Chelsea yang sedang miskin penyerang tengah mengejarnya. Begitu juga Manchester United dan Arsenal. Dari luar Italia, raksasa Spanyol, Real Madrid, kabarnya juga tengah memasang radar kepadanya. Madrid perlu seorang penyerang tengah sebagai pengganti jika terjadi sesuatu dan lain hal terhadap Karim Benzema.
Seperti diketahui, Benzema tersandung masalah hukum di Prancis. Dia dituduh menggunakan video seks untuk memeras rekannya sendiri di timnas Prancis yang kini membela Lyon, Mathieu Valbuena.