LEICESTER (RIAUPOS.CO) - Setelah memenangi Premier League 2015–2016, satu per satu bintang Leicester City hengkang ke klub raksasa yang lebih kaya. Diawali gelandang N’Golo Kante ke Chelsea (2016–2017) dan disusul gelandang Danny Drinkwater semusim kemudian.
Kekuatan Leicester makin tereduksi setelah kepergian winger Riyad Mahrez ke Manchester City (2018–2019). Kepindahan kiper Kasper Schmeichel ke OGC Nice awal musim ini membuat striker The Foxes –julukan Leicester– Jamie Vardy menjadi aktor utama yang tersisa dari skuad juara tujuh tahun silam tersebut.
Musim ini performa Vardy memang tidak segarang musim-musim sebelumnya. Striker 36 tahun itu tidak lagi mampu mencapai gol double-digit alias menorehkan 3 gol dan 4 umpan gol dari 34 kali penampilan. Statistik tersebut menjadi yang terendah bagi Vardy setelah keajaiban 2015–2016. Statistik terendah Vardy di Premier League bersama The Foxes adalah pada musim perdana atau semusim sebelum juara Premier League dengan 5 gol dan 10 umpan gol.
Vardy, yang pernah dianggap sebagai sosok inspirasi kesuksesan pemain kasta bawah di Premier League, kini terancam balik ke asalnya: kasta di bawah Premier League. Namun, Vardy telah mengucapkan ikrar setia. Dia tidak akan pergi seandainya The Foxes terdegradasi.
”Aku sudah merasakan pasang surut prestasi bersama klub ini. Aku tidak berpikir untuk itu (hengkang, red),” ujar peraih Golden Boot Premier League 2019–2020 tersebut kepada Leicester Mercury.
Sumber: Jawapos,com
Editor: Edwar Yaman