Sementara itu, banyaknya catatan negatif dan ketidakpuasan publik atas pencapaian satu tahun pemerintahan Jokowi mendapat pembelaan dari para relawan. Menurut mantan pembantu Jokowi di masa kampanye itu, apa yang terjadi saat ini merupakan hal yang biasa.
Kordinator Sukarelawan Indonesia untuk Perubahan, Dimas Oky Nugroho mengatakan, pada era SBY, kondisi rumit juga dialaminya saat itu. Sebab, satu tahun pertama merupakan masa membangun konsolidasi internal pemerintahan. “Bahkan hingga periode pertama habis, masih ada kegaduhan. Baru di periode dua mulai cair,” ujarnya di Cikini, Jakarta, kemarin (20/10).
Alhasil, dengan belum tercapainya konsolidasi politik di internal, berbagai program yang dicanangkan Jokowi belum menuai buahnya. Sebab, sebagus apapun programnya, akan sulit dicapai tanpa adanya konsolidasi rezim politik.
Oleh karenanya, Dimas berharap, di tiga bulan tahun kedua kepemimpinannya, Jokowi memberikan porsi lebih dalam membangun konsolidasi politik.
“Jika pun terjadi reshuffle ke depan itu harus memperkuat konsolidasi politik,” terangnya.
Kemudian, lanjutnya, Jokowi bisa meniru SBY dalam hal membangun rezim koalisi partai yang kuat. Namun dengan catatan, tidak ada matahari kembar dalam koalisi tersebut. “Seperti SBY, sangat kuat dan solid,” terangnya.
Namun, jika hal tersebut tidak bisa dilakukan mengingat posisi Jokowi di partai yang lemah, mantan Wali Kota Solo itu bisa membangun sistem beyond party. Yakni dengan menggandeng orang partai, kalangan profesional yang memiliki kapasitas, integritas dan loyalitas. “Hal itu penting dilakukan, sebab mustahil pemerintah bisa menunjukkan kinerja maksimal jika internalnya tidak solid,” paparnya.