Fokus Hujan Buatan

Nasional | Rabu, 25 September 2019 - 10:13 WIB

Fokus Hujan Buatan
SALAT ISTISQA: Ribuan umat Islam melaksanakan Salat Istisqa di halaman Masjid Raya An-Nur Provinsi Riau, Selasa (24/9/2019). Salat Istisqa dilaksanakan serentak di kabupaten/kota di Riau. Jamaah menangis saat berdoa meminta hujan turun. (DEFIZAL/EVAN GUNANZAR/RIAU POS)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Titik panas atau hot spot terus menurun. Kemarin siang (24/9) tercatat 1.352 titik api terpantau. Badan Pengkajian dan  Penerapan Teknologi (BPPT) terus melakukan hujan buatan. Lembaga tersebut yakin dengan potensi awan yang ada, hujan buatan terjadi. Akhir bulan ini, diharapkan titik api menurun drastis.  Penerapan Teknologi (BPPT) terus melakukan hujan buatan. Lembaga tersebut yakin dengan potensi awan yang ada, hujan buatan terjadi. Akhir bulan ini, diharapkan titik api menurun drastis.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian LHK Raffles B Panjaitan mengungkapkan ada beberapa titik panas yang terpantau. Jumlahnya lebih rendah daripada Senin lalu (23/9). Menurutnya, hot spot yang terpantau belum pasti ada titik api. "Ada beberapa titik kebakaran namun sudah ada tim untuk memadamkan," katanya saat di temui di Kantor KLHK, kemarin.


Upaya untuk pemadaman dan pendinginan terus dilakukan. Agar kebakaran hutan tak meluas. Harapannya, dengan menurunnya titik panas dapat menurunkan kabut asap. Lokasi yang terbakar menurutnya tak lagi luas. Hanya satu hingga lima hektare saja. ”Hambatannya air sulit terutama di Jambi. Sehingga pakai tengki 10 ribu liter milik Manggala Agni,” ujarnya.

Sementara itu untuk penegakan hukum juga terus berlangsung. Penegakan hukum dibantu kepolisian. Di Riau sendiri ada 52 kasus, Sumatera Selatan 17 kasus, dan Jambi 10 kasus. Di Kalimantan pun demikian. Kalimantan Selatan ada empat kasus, Kalimantan Tengah 57 kasus, dan Kalbar 55 kasus. "Ada yang sudah masuk penyidikan, ada juga yang sudah siap disidangkan," tuturnya. Bahkan sanksi administratif juga telah diputus untuk 179 kasus.

Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto menyatakan bahwa saat ini ada empat pesawat terbang yang membantu modifikasi cuaca. Nantinya, akan ditambah satu pesawat lagi. Sebab, potensi awan hujan semakin banyak. "Hasilnya hujan merata di Kalimantan Barat. Di Kalimantan Tengah meski tak deras Kalbar juga sudah ada hujan," tuturnya kemarin saat ditemui di tempat yang sama.  Selain di Kalimantan, hujan juga terjadi di Sumatera. Di Riau misalnya, kerapatan hujannya mencapai 30 juta meter kubik. ”Sampai akhir bulan ini saya optimis akan ada pengurangan titik panas dan asap yang cukup signifikan,” ujar Seto.

Hujan buatan ini menurutnya yang paling efektif memadamkan api dibanding cara lain. Namun yang menjadi hambatan adalah arah angin yang kadang tak tepat membawa awan hujan. ”Water boombing tepat ke titik api, tapi air yang disiramkan sedikit. Sekitar 8 ton air,” katanya. Sehingga ke depan  upaya pemadaman titik api karhutla akan difokuskan pada hujan buatan.

Meski hot spot diklaim menurun, serangan asap masih terus mengepung. Banyak warga yang dilaporkan bertahan di safe houses untuk berlindung. ”Masih banyak. Sekitar 50-100 orang di masing-masing safe houses,” ujar Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, kemarin (24/9).

Karena jumlah yang terus bertambah, pihaknya pun akhirnya memperbanyak safe houses yang ada. Dari 47 safe houses yang tersebar di lima provinsi terdampak, kini mencapai ratusan.(lyn/han/mia/deb/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook