JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kasus Covid-19 di Singapura kembali mengalami lonjakan. Munculnya sub varian Omicron yakni XBB memunculkan kekhawatiran jika situasi di Singapura bisa berdampak ke Tanah Air.
Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari angkat bicara terkait itu. Dia mengungkapkan, berdasar data harian situasi Covid-19 Indonesia, saat ini belum terlihat adanya tanda-tanda terjadi lonjakan kasus Covid-19.
"Kita tidak menutup kemungkinan apakah varian baru ini sudah ada di Indonesia atau tidak. Apalagi saat ini kan akses dari luar negeri untuk masuk ke Indonesia sudah dibuka seluas-luasnya," ungkapnya.
Namun, jika berdasar data yang ada, dikatakan Aam, sapaan akrab Abdul Muhari, untuk saat ini lonjakan kasus memang tidak terjadi. Kemudian, output standar yang menjadi barometer saat ini untuk Jakarta adalah Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.
"Kalau yang dirawat di Wisma Atlet banyak artinya ya ada lonjakan. Meskipun misalkan kasus hariannya relatif tidak banyak," terangnya.
Dikatakan Aam, patokannya untuk saat ini sudah tidak pada jumlah kasus hariannya, melainkan pada jumlah yang dirawat ada berapa. Karena itu, jika di Wisma Atlet tidak banyak yang dirawat artinya perburukan pun tidak ada.
"Misal, penularannya sampai 10 ribu kasus per hari, tapi yang dirawat di rumah sakit tidak ada, ya sudah itu kita memang pada fase menuju endemi jadinya. Karena itu tidak lagi menyebabkan fatalitas," jelasnya.
Masih dikatakan Aam, hingga saat ini juga belum ada pencegahan masuknya Covid-19 varian baru XBB yang sudah merambah di Singapura.
Menurutnya, langkah-langkah yang akan diambil nantinya akan terlebib dahulu melihat dari data yang dirawat ada berapa di rumah sakit. "Kan yang kita khawatirkan pemburukannya, bukan penularannya atau jumlah kasusnya. Justru dengan vaksin, booster itu kalau kena Covid-19 pun tidak sampai terjadi pemburukan. Hasilnya apa? Ketika kita menuju status endemi itu ya sudah seperti flu biasa," ujarnya.
Untuk vaksinasi, dikatakan Aam, saat ini yang masih menjadi fokus adalah booster. Pemberian vaksin booster masih perlu dikejar. Dan saat ini, pihaknya secara bersama-sama pun tengah merumuskan untuk strateginya. "Serbuan-serbuan vaksin yang dulu dilakukan oleh TNI, Polri, dan BIN pada saat booster ini kan jauh berkurang. Apakah itu perlu kita ulang lagi untuk mengejar capaian booster dan itu masih kita diskusikan di tingkat nasional," ujarnya.(gih/das)
Laporan JPG, Jakarta