COVID-19

Pemerintah Kaji Tingkat Bahaya Subvarian Omicron XBB

Nasional | Minggu, 30 Oktober 2022 - 09:04 WIB

Pemerintah Kaji Tingkat Bahaya Subvarian Omicron XBB
Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin. (INTERNET)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Dalam beberapa hari terakhir, angka kasus harian baru Covid-19 kembali melonjak. Bahkan, pada 26 Oktober, jumlahnya naik di atas 3.000-an kasus. Data harian yang diumumkan kemarin (29/10), terdapat 3.141 kasus baru. Padahal, sebelumnya hanya di angka 1.500-an kasus.

Provinsi DKI Jakarta menjadi penyumbang terbesar dengan 1.041 kasus. Disusul Jawa Timur (473 kasus), Jawa Barat (410), Jawa Tengah (246), dan Banten (234). Dengan kasus baru tersebut, jumlah total Covid-19 di Indonesia mencapai 6.487.905 kasus. Angka kematian bertambah 27 sehingga menjadi 158.571 kasus kematian.


Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, pemerintah terus mengamati perkembangan varian baru Covid-19 tersebut.

"Kementerian Kesehatan sedang melakukan kajian seberapa besar berbahayanya varian baru itu," kata Ma'ruf.

Mantan ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut menuturkan, sampai saat ini pemerintah belum mengubah status pandemi menjadi endemi. Pemerintah terus mengamati situasi terkini sambil menunggu petunjuk lebih lanjut dari WHO.

Ma’ruf berpesan, dengan kondisi terkini penularan Covid-19, masyarakat diimbau untuk tetap disiplin mengenakan masker. Meski begitu, upaya kedisiplinan menjaga protokol jangan sampai mengganggu mobilisasi masyarakat. ’’Jangan sampai ekonomi terganggu,’’ tuturnya.

Guru Besar FK Universitas Indonesia (UI) Tjandra Yoga Aditama mengatakan, jika kenaikan yang sekitar 100 persen itu disebabkan adanya subvarian Omicron XBB, tingkat penularannya tentu cukup tinggi. ’’Selain itu, XBB paling mudah menghindar dari daya tahan tubuh kita,’’ jelasnya.

Tjandra mengatakan, informasi dari kantor WHO di Jenewa, sejumlah negara berpotensi mengalami gelombang baru peningkatan kasus Covid-19 akibat adanya subvarian XBB tersebut. Sebanyak 26 negara, termasuk Indonesia, sudah melaporkan adanya kasus varian itu. Subvarian XBB adalah rekombinan dari BA.2.10.1 dan BA.2.75 dengan 14 mutasi tambahan di BA.2 spike protein.

Tjandra menuturkan, ketika sejumlah negara saat ini berada dalam serangan subvarian XBB, subvarian XBC sudah muncul. Subvarian itu ditemukan di Filipina dengan jumlah 193 kasus pada 21 Oktober lalu.

 ’’Semua ini menegaskan lagi bahwa kita masih dalam pandemi Covid-19,’’ kata dia.

Karena itu, kewaspadaan tetap diperlukan. Khususnya menghadapi varian atau subvarian baru Covid-19. Dia mengingatkan protokol kesehatan tetap diperlukan. Misalnya, mengenakan masker dan menjaga jarak di tengah kerumunan.

Seperti diberitakan, Kementerian Kesehatan sudah mengumumkan bahwa kasus Covid-19 Omicron XBB sudah ditemukan di Indonesia. Total ada empat kasus subvarian itu pada 26 Oktober lalu. Dari jumlah tersebut, tiga kasus ditemukan di Jakarta. Perinciannya, 2 kasus non-PPLN (pelaku perjalanan luar negeri) dan 1 orang PPLN dari Singapura. Satu kasus lainnya ditemukan di Surabaya dengan riwayat perjalanan dari Singapura. Subvarian Omicron XBB tersebut diduga memiliki tingkat penularan yang lebih cepat. Tetapi, gejala dan tingkat fatalitasnya lebih rendah.(wan/c7/oni/jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook