JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Jutaan orang terpaksa mengungsi dari Suriah akibat konflik dan korban meninggal dunia telah mencapai 80 jiwa. Konflik yang tidak berkesudahan ini menyebabkan sekitar 5,6 juta jiwa harus keluar dari Syria, di antaranya ke Turki dan negara-negara Eropa.
Para pengungsi juga berada dalam kondisi sulit dan membutuhkan banyak bantuan. Terutama ketika eskalasi konflik terjadi seperti awal tahun ini, di tengah musim dingin yang menusuk tulang.
"Dari total 11,8 juta jiwa pengungsi itu, ada 2,6 juta itu anak-anak. Jadi kita bisa bayangkan 9 tahun konflik, maka korban paling menyedihkan tentu saja anak-anak," kata Bambang Triyono selaku Direktur Global Humanity Response (GHR)-Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Fauzi Baadila yang merasakan bermalam bersama para pengungsi di sebuah tenda yang terbuat dari terpal dan memiliki dinding yang tipis. Selain suhu yang dingin suara tembakan dari senjata api kerap terdengar.
"Itu yang namanya tenda tipis sekali, jadi pernah saya mau tidur tiba-tiba ada suara "dem dem dem duar" itu saya langsung duduk dan berdoa, karena takut nyasar. Itu benar-benar menyayat hati saya ya, melihat rumah-rumah yang sudah bolong dindingnya akibat terkena serangan rudal dan kaca yang sudah pecah juga," ujarnya.
Kesaksian juga diberikan oleh Firdaus Guritno di lokasi kejadian, di mana ia menjelaskan bahwa kondisi di sana begitu sulit. Mengingat saat ini Suriah tengah memasuki musim dingin.
"Karena memang mereka kondisi di dalam sana, mereka yang tinggal di kamp pengungsian, selain masih menghadapi serangan juga menghadapi musim dingin. Suhunya mencapai 3-5 derajat Celsius, khususnya di malam hari yang tentunya sangat dingin untuk wilayah Idlib dan sekitarnya," terang dia.
Sebagai informasi, sejak 2012, ACT senantiasa mendistribusikan bantuan untuk masyarakat Syria. Bantuan diberikan melalui sejumlah program kemanusiaan berkelanjutan di bidang pangan, sandang, layanan kesehatan, pendidikan, dan lainnya.
Adapun sejumlah program yang disiapkan untuk merespon kondisi krisis musim dingin saat ini adalah 1.000 paket pangan, 2.000 paket roti, peralatan musim dingin (pakaian hangat, selimut, bantal, kasur, bahan bakar, dll), emergency house seluas 24 m², dan 10 unit bus yang bersiaga untuk memobilisasi eksodus penduduk jika terjadi serangan.
Selain itu, ACT akan terus melanjutkan program-program yang sebelumnya sudah diimplementasikan untuk Syria. Di antaranya adalah apartemen di Idlib yang sudah menampung sekitar 25 kepala keluarga, kemudian Indonesia Humanitarian Center (IHC) yang akan terus dimasifkan untuk memenuhi kebutuhan logistik pengungsi, serta melanjutkan pemberian bantuan pangan dan bantuan musim dingin melalui www.indonesiadermawan.id/LetsHelpSyria
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi