KEPULAUAN MERANTI (RIAUPOS.CO) - Sagu adalah tanaman yang serbaguna, khususnya untuk bahan pangan. Selain sebagai makanan pokok, sagu juga bisa diolah menjadi tepung yang nantinya bisa menciptakan berbagai hidangan tradisional nan lezat.
Bicara soal sagu, apakah sudah tahu di mana lokasi dari pemasok produksi terbesar di Indonesia? Apakah Indonesia bagian timur?
Jawabannya ada di Kabupaten Meranti, Provinsi Riau. Bahkan, sagu di Meranti menyumbang sekitar 70 persen komoditas sagu di Indonesia.
Di Kawasan Kabupaten Kepulauan Meranti di Provinsi Riau, tampak tiga jenis sagu, yakni sagu Duri, sagu sangka, serta sagu bemban. Dari tiga varietas sagu tersebut, sagu Duri memiliki penyebaran paling luas serta menjadi fokus utama pengembangan oleh warga di sekitar wilayah tersebut.
Tak hanya memiliki tingkat produksi yang mencolok, sagu varietas ini juga unggul dalam tahan terhadap ancaman hama seperti babi hutan dan kera.
Selain itu, sagu varietas Meranti ini mampu tumbuh subur di daerah yang lembap bahkan tergenang, termasuk tanah mineral maupun gambut tipis atau gambut tebal. Bahkan, populasi sagu jenis Duri ini telah diangkat sebagai varietas unggul tingkat nasional. Saat pohon sagu sudah ditebang, selain menghasilkan sagu, kulit pohon yang tidak dimakan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk pengeringan tepung sagu.
Sementara, hasil bakar dari kulit batang pohon sagu tersebut mampu diolah kembali menjadi briket arang sagu. Untuk mendongkrak industri itu hingga saat ini berbagai upaya telah dilakuan pemerintah pusat, hingga daeah setempat.
Seperti saat ini, dari seluruh kabupaten yang tersebar di Pulau Sumatera hanya Kepulauan Meranti yang mampu gaet Dana Tugas Pembantuan (TP) dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, berturut-turut.
Anggaran yang digelontorkan sebesar Rp7,2 miliar pada tahun 2022 digunakan untuk bantuan bibit perkebunan kepada kelompok seperti pengadaan bibit kopi, kelapa, peremajaan dan intensifikasi karet, dan perluasan tanaman sagu.
Pada 2023, bantuan yang sama dengan nominal yang hampir sama pula yakni Rp7 miliar juga digelontorkan kementerian terkait untuk kabupaten termuda di Provinsi Riau ini. Hanya saja pada 2022 ada anggaran sebesar Rp3 miliar digunakan untuk pembangunan Unit Pengolahan Hasil (UPH) Perkebunan Sagu di Kecamatan Pulau Merbau.
“Kita satu-satunya daerah di Sumatera yang mendapatkan dana TP ini dari Kementerian Pertanian. Selain memang ada hubungan baik kita di kementerian ini, Kepulauan Meranti juga dianggap masih dalam kondisi miskin dan sumber daya alam di daerah kita juga banyak seperti sagu, kopi dan lainnya. Selanjutnya, kita diminta untuk membuat RAB sesuai keperluan dan tidak menunggu lama, anggaran pun digelontorkan dan persentase realisasinya pun tak begitu jauh selisihnya,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Peternakan (DKPTPP) Kepulauan Meranti, Ifwandi SP melalui Kepala Bidang Perkebunan, Zulkipli, Rabu (27/12).
Biasanya dana tugas pembantuan tersebut tidak bisa diperoleh secara berturut-turut atau tahun ini dapat dan tahun berikutnya tidak dapat.
Hal itu pun dibuktikan dengan telah diraihnya penghargaan dari Kementerian Pertanian kepada DKPTPP Kepulauan Meranti atas pencapaian terbaik pertama kinerja anggaran satuan kerja lingkup Dirjen Perkebunan semester I anggaran tahun 2023 dengan nilai 95,26 kategori pagu anggaran sebesar Rp5 hingga Rp10 miliar.
Dikatakan terkait dengan pelaksanaan pembangunan UPH Perkebunan Sagu di Pulau Merbau sudah selesai dikerjakan. Saat ini tinggal menunggu mesin pengolahan.
“Saat ini bangunan UPHnya sudah selesai dikerjakan, kita tinggal menunggu mesin dan anggarannya juga sudah kita ajukan sebesar Rp8 miliar dan akan diusahakan terealisasi tahun ini karena kita tidak mau bangunan itu mangkrak begitu saja dan bisa fungsional secepatnya,” tuturnya.
Zulkipli menyebutkan, UPH Perkebunan Sagu ini akan berbeda dengan IKM Sentra Sagu di Sungai Tohor yang dibangun melalui anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) melalui Kementerian Perindustrian RI sebesar Rp50 miliar.
“Dalam operasionalnya IKM Sentra Sagu masih dalam naungan OPD terkait dengan membeli bahan baku Sagu basah di kilang kecil di sekitarnya. Namun berbeda dengan UPH ini, ia akan diserahkan kepada kelompok dan tidak ada suntikan dana dari APBD lagi namun tetap kita lakukan monitoring,” ungkapnya.
Ditambah Zulkipli, bukan tanpa alasan kementerian terkait menggelontorkan anggaran untuk pembangunan UPH perkebunan sagu, sebelumnya Kementerian Pertanian juga sudah banyak membantu bibit Sagu di kabupaten penghasil Sagu terbaik di dunia ini.
“Sejak 2019 hingga 2022, pihak Kementerian Pertanian sudah banyak membantu bibit Sagu di kabupaten ini di mana luasnya sudah mencapai 400 hektare dan tidak lama lagi akan memasuki usia panen. Jadi nanti setelah panen nanti sagu bisa dijual ke UPH dan kita usahakan produksi perdana nanti menteri yang turun langsung ke sini,” pungkasnya.
Sentra IKM Sagu Meranti
Dikutip dari riset Kementerian Pertanian, kurang lebih ada luas tanaman sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti adalah 50.000 hekatre. Saat ini produksi tepung sagu kering Sentra IKM Sagu Kepulauan Meranti telah memiliki beberapa sertifikat.
Sertifikat tersebut ntara lain, Sertifikat Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), Sertifikat Indikasi Geografis Sagu Meranti, Sertifikat Izin Edar Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Kapasitas produksi sagu kering di Sentra IKM Sagu di Kepulauan Meranti yang berlokasi di daerah Sungai Tohor sendiri telah menembus 400 ton per bulan, dengan memiliki kemitraan sebanyak 18 IKM kilang sagu, dan mempekerjakan hingga 82 orang.
Sentra IKM Sagu Kepulauan Meranti telah empat kali mendapatkan alokasi DAK bagi pengembangan sentra tersebut, yaitu sejak 2016 hingga 2021, dengan total alokasi dana sebesar Rp41,9 miliar.
Penggunaan anggaran DAK di Sentra IKM Sagu Kepulauan Meranti meliputi pembangunan gedung promosi sentra, gedung produksi, mesin produksi tepung sagu, hingga pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan instalasi pengolahan air gambut (IPAG).
Selain lokasi produksi tepung sagu kering, Sentra IKM Sagu Meranti juga memiliki dapur produksi yang dilengkapi berbagai peralatan dan permesinan untuk digunakan mengolah tepung sagu kering menjadi berbagai olahan pangan.
Dapur produksi di Sentra IKM Sagu ini juga memberikan peluang bisnis bagi masyarakat di sekitar sentra khususnya kaum ibu yang rutin membuat berbagai olahan kue kering.
“Kami melihat bahwa produksi tepung sagu kering dapat memberikan nilai tambah yang sangat besar bagi ekosistem pelaku IKM pangan seperti produsen mie sagu, kue kering, kerupuk, hingga berbagai jenis produk turunan pangan lainnya,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita di dikutip dari keterangan tertulis.
Dirjen IKMA mengatakan, sebelum ada sentra, banyak petani maupun pemilik kilang sagu yang menjual sagu basah ke luar negeri.
Alasannya karena lokasi Kepulauan Meranti yang bertetangga dengan Malaysia. Padahal, sagu basah masih punya harga jual yang rendah.
Pohon sagu juga memiliki banyak manfaat yang sangat besar bagi masyarakat di Kepulauan Meranti. Pohon sagu dapat mencegah abrasi yang disebabkan kerentanan jenis tanah gambut di Kepulauan Meranti.(adv)