Aksi kedua terjadi Kamis malam (10/5). Seorang lelaki bernama Tendi Sumarno (TS) sedang berada di depan gerbang utama Mako Brimob. Anggota Satintel Brimob Polri Bripka Marhum Frenje mengamati tingkah laku TS. TS sudah dua jam melihat gerbang utama Mako Brimob. ”Lalu, Bripka Marhum meminta bantuan dua petugas lain, yakni Briptu Rahmat Muin dan Briptu Gusti Uce untuk membantunya mengamankan dan dilakukan penggeledahan,” ungkapnya.
TS lalu dibawa ke Mako Brimob. Saat sedang berjalan masuk ke ruangan, TS berada di tengah. Bripka Marhum di depan TS dan dua petugas lain di belakangnya TS. ”Ternyata saat itu TS mengambil pisau kecil yang di simpan di kemaluan. TS menyabet perut Bripka Marhum dan mencoba untuk menikam Gusti. Namun, berhasil dihindari dan dilakukan tindakan tegas berupa penembakan. TS ini meninggal dunia,” ujarnya.
Bripka Marhum dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Namun, sayangnya Bripka Marhum meninggal dunia di rumah sakit. ”Satu lagi anggota Polri yang gugur,” jelasnya.
Untuk pelaku TS ini belum diketahui afiliasi kelompok terorisnya. Saat ini masih dilakukan pemeriksaan ke alamat pelaku tersebut. ”Belum jelas kelompok mana,” papar Setyo Wasisto. Setyo menuturkan, memang ada kemungkinan ini akibat live di media sosial. Saat ini masih di dalami siapa yang melakukan live tersebut. ”Kami masih periksa ya,” papar mantan Wakabaintelkam tersebut.
Pantauan JPG, ada kejadian lainnya, beberapa pihak yang tidak jelas kepentingannya tidak segan menerabas garis batas. Seperti dilakukan oleh Yan Syahrial Hasibuan. Pria kelahiran 1966 itu nekat terpantau masuk area yang dijaga petugas pada Kamis (10/5) dini hari.
Dia datang seorang diri dan meminta kepada petugas untuk diizinkan masuk. Tujuannya, menenangkan para napi terorisme yang saat itu masih menguasai rutan di Mako Brimob. Namun, permintaan itu ditolak petugas. Pria yang sempat mengaku sebagai ustaz itu malah diamankan petugas untuk diperiksa lebih lanjut. Berdasar KTP, yang bersangkutan bertempat tinggal di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Masuk Neraka Kalau Melawan karena Makanan
Di sisi lain, menyerahnya 155 tahanan dan napi teroris menunjukkan betapa besarnya peran Oman Abdurahman alias Amman. Pemimpin ideologis Jamaah Ansharut Daulah itu mempersoalkan penyebab utama para tahanan dan napi melakukan perlawanan. Yakni, soal makanan.