JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Perlawanan tahanan dan napi terorisme memang sudah berakhir. Namun, babak baru dimulai, yakni efek domino live media sosial yang dilakukan tahanan saat menyandera. Setidaknya, muncul dua serangan yang diduga akibat live medsos. Jaringan terorisme terinspirasi untuk melakukan serangan.
Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menjelaskan, serangan pertama terjadi Kamis (9/5) lalu, Densus 88 Anti Teror mendapatkan informasi adanya empat orang yang akan mendatangi Mako Brimob. Sekitar pukul 01.35 WIB, keempat orang tersebut ditangkap di Stasiun Tambun, Bekasi Jawa Barat. ”Keempat orang ini memang ingin melakukan perjalanan ke Jakarta,” tuturnya.
Setelah penangkapan, keempatnya dibawa Densus 88 Anti Teror untuk dilakukan pemeriksaan. Namun, dalam perjalanan itu, dua orang melakukan perlawanan dengan inisial RA dan JG. ”Keduanya memberontak dan berupaya mencekik anggota,” tuturnya.
Bahkan, borgol yang dipakaikan ke keduanya terlepas. Keduanya mencoba untuk merebut senjata petugas. Akhirnya, terpaksa dilakukan tindakan tegas dengan menembak keduanya. ”RA dan JG terluka tembak dan dibawa ke rumah sakit,” ungkapnya.
Namun, saat berada di rumah sakit, RA dipastikan meninggal dunia. Lalu, untuk JG masih dilakukan perawatan. ”Ada sejumlah barang bukti yang disita dan menunjukkan memang mereka berencana melakukan aksi,” paparnya.
Barang bukti itu diantaranya, dua belati, sebuah sangkur, amunisi peluru caliber 9 mm sejumlah 35 butir, ketapel sebanyak dua buah, busur besi tiga buah, golok, 28 butir peluru senapan angin, dan 65 butir peluru gotri.”Pemeriksaan sementara mereka anggota JAD Bandung,” ungkapnya.
Untuk dua orang lainnya dengan inisial HG dan YY. Keduanya tinggal di Tasikmalaya. ”Dua orang yang melawan juga tinggalnya di Tasimalaya,” papar jenderal berbintang dua terebut.