Kemuculan kasus positif kata Wiku segera ditangani oleh para tenaga kesehatan profesional setempat untuk mencegah penyebaran kasus terhadap kontingen lain atau masyarakat setempat. Selain itu, sebagai upaya pengendalian Covid-19, saat ini pemerintah tengah menyusun kebijakan terkait kewajiban menjalankan prokes ketat bahkan setelah sampai ke daerah asal.
Kebijakan ini meliputi kewajiban melakukan karantina serta melakukan testing ulang untuk benar-benar menjamin yang bersangkutan sehat saat berangkat, di perjalanan, maupun saat pulang kembali ke rumah. Data per 5 Oktober2021, saat ini terdapat 58 fasilitas isolasi terpusat yang tersebar di Provinsi Papua dengan keterisian 11 persen. Atau tersisa 2.027 tempat tidur.
"Pemerintah setempat akan mengawasi keluar masuknya sirkulasi pasien dan berupaya keras agar setiap pasien yang menjalani isolasi bisa sembuh sepenuhnya," ujar Wiku.
Selain itu, kata Wiku pemerintah juga tetap melakukan Whole Genome Sequencing (WGS) sebagai upaya berkelanjutan untuk memantau varian Covid-19 yang mungkin beredar. Sementara untuk sisa event PON XX di Papua yang masih berlangsung, Wiku mengatakan pemerintah tengah memperketat monitoring dan evaluasi kepatuhan prokes dengan protokol memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
"Kemudian kami juga sudah meminta untuk semua kontingen untuk membatasi semua aktivitas di luar pertandingan," jelasnya.
Epidemolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono turut menyoroti munculnya kasus Covid-19 dalam gelaran PON di Papua. "Pasien yang dideteksi positif Covid-19 di PON jangan pulang dulu," katanya, kemarin (7/10). Mereka sebaiknya menjalani perawatan sampai sembuh terlebih dahulu di Papua.
Skema tersebut menurut Yunis sangat penting. Supaya tidak membawa kasus Covid-19 dari lokasi PON ke wilayah asalnya. Selain itu Yunis juga mendukung upaya testing di daerah asal bagi seluruh atlet maupun perangkatnya setelah bertanding di PON. Yunis mengatakan perhatian penting tidak hanya bagi pasien Covid-19.
Tetapi juga seluruh kontak erat. Dia mencontohkan sebuah kesebelasan sepak bola di mana ada satu anggotanya yang positif Covid-19.
Maka anggota lainnya masuk dalam kategori kontak erat. Nah mereka ini sebaiknya dikarantina terlebih dahulu sebelum berkumpul kembali dengan keluarganya.
Skemanya para kontak erat ini tetap pulang sesuai jadwal. Kemudian di bandara dilakukan swab antigen.
Jika hasilnya positif, otomatis tidak bisa naik pesawat dan menjalani karantina dahulu ke Papua. Kemudian kalau negatif bisa terbang menggunakan pesawat. Setibanya di daerah asal, tim yang kontak erat dengan pasien Covid-19 ini sebaiknya karantina dahulu. "Ini kalau mereka sayang ke keluarga," tuturnya.
Yunis berpesan pelaksanaan tes swab antigen sebelum naik pesawat terbang harus dilakukan dengan benar. Sebab dia pernah mengalami ada oknum laboratorium yang menawarkan sertifikat negatif Covid-19 tanpa harus di-swab. Dia menegaskan atlet dan perangkatnya selepas bertanding di PON, harus menjunjung kejujuran meskipun sudah lama tidak berjumpa keluarga.
Yunis juga mengomentari kasus aktif Covid-19 di Indonesia yang saat ini di bawah satu persen. "Saya tidak yakin," katanya. Sebab upaya testing dan tracing di Indonesia masih belum sesuai standar WHO. Dia mengatakan meskipun kasus positif menurun, upaya testing dan tracing harus diperluas. Ketika ada kasus positif, tracing jangan sebatas di keluarga satu rumah saja.
Karena menurut dia tidak mungkin orang yang positif itu dalam beberapa hari terakhir hanya beraktivitas di rumah saja. Dia juga mengatakan ketika kasus Covid-19 sudah rendah seperti sekarang ini, yang diperiksa hanya yang bergejala saja. Dia menegaskan kalau pasien Covid-19 yang tanpa gejala juga diperiksa, kasus Covid-19 di Indonesia masih relatif tinggi.(tau/wan/jpg)