“Juga segi negatifnya pada saat nilai tukar kita melemah, utang luar negeri kita secara rupiah akan meningkat.
Beban cicilan akan besar. Asumsi APBN per dolarAS itu kan juga Rp13.400. Sekarang sudah Rp14 ribu,” ujarnya.
Berdasarkan data kurs transaksi Bank Indonesia (BI), Selasa (8/5) per dolar AS kurs jual mencapai Rp14.106. Sedangkan beli Rp13.966.
Berdasarkan laman BI, data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), kurs tengah rupiah per dolar AS pada selasa (8/5) Rp14.036. Melemah dibanding Senin lalu (7/5) sebesar Rp13.956.
Sementara itu, Direktur Lembaga Manajemen Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Toto Pranoto mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar, tentu akan ada dampaknya. Misal dari sektor riil, kenaikan harga impor yang pengaruh struktur biaya industri yang bahan baku mayoritas impor.
“Di sektor keuangan, capital flight akan pengaruh juga ke stabilitas keuangan dalam negeri,” ujarnya saat dihubungi JPG, Selasa (8/5).
Lebih lanjut Toto mengatakan, hal yang perlu dilakukan oleh otoritas moneter diantaranya melalui operasi pasar, peningkatan suku bunga, pembatasan penggunaan dolar.
“Sejauh ini, membaca berita dan dari teman yang kerja di bank, OJK dan BI sudah aktif intervensi pergerakan pasar antar bank,” jelas Toto.
Namun menurutnya, karena ini sumber masalahnya lebih karena eksternal. Pelemahan rupiah juga terjadi di banyak negara berkembang.