Imbas Perang di Timur Tengah, Rupiah Melemah ke Level 15.933 per Dolar AS

Internasional | Senin, 23 Oktober 2023 - 20:38 WIB

Imbas Perang di Timur Tengah, Rupiah Melemah ke Level 15.933 per Dolar AS
Asap mengepul setelah serangan udara Israel di Jalur Gaza. (FRANCISCO SECO/AP)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Rupiah ditutup melemah sebesar 61 poin menjadi Rp 15.933 per dolar AS dalam perdagangan hari ini, Senin (23/10/2023). Sebelumnya, rupiah sempat melemah 85 poin ke level Rp 15.889 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi perlemahan dolar masih akan terjadi pada esok hari, Selasa (24/10). Diprediksi dolar akan fluktuatif, namun ditutup melemah direntang Rp15.910- Rp15.970.


"Dalam penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 61 point walaupun sebelumnya sempat melemah 85 poin di level Rp15.933 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.889. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang  Rp15.910- Rp15.970," ujar Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, Senin (23/10/2023).

Dia menjelaskan, perlemahan rupiah ini terjadi imbas kekhawatiran penularan dari perang terbaru di Timur Tengah dan keragu-raguan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga AS. Hal ini seiring dengan upaya diplomatik yang semakin intensif dalam upaya untuk menahan konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas.

Konvoi bantuan mulai berdatangan di Jalur Gaza dari Mesir pada akhir pekan, ketika para pemimpin Arab dan menteri luar negeri berkumpul untuk pertemuan puncak di Kairo namun tidak dapat menghasilkan pernyataan bersama.

Presiden AS Joe Biden, yang mengunjungi Israel pekan lalu, melakukan panggilan telepon pada hari Ahad (22/10) dengan para pemimpin Kanada, Prancis, Inggris, Jerman dan Italia, setelah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Paus Francis.

"Para pemimpin Perancis dan Belanda akan mengunjungi Israel minggu ini untuk mencari solusi atas konflik yang terjadi pada 7 Oktober setelah serangan Hamas," ujar Ibrahim dalam analisisnya.

Sementara itu, perlemahan rupiah juga dipicu oleh faktor internal, yakni kenaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian, terutama dalam konteks konsumsi dan inflasi. Dari sisi permintaan masyarakat akan terpengaruh oleh kenaikan suku bunga, mengingat bahwa hal ini membuat pinjaman menjadi lebih mahal. Akibatnya, daya beli masyarakat kemungkinan akan menurun.

Setelah suku bunga acuan naik membuat masyarakat cenderung lebih berhati-hati. Khususnya dalam mengambil pinjaman yang pada gilirannya mengurangi pengeluaran mereka untuk berbagai keperluan. Sementara itu, sisi penawaran juga terdampak oleh kenaikan suku bunga.

"Kenaikan ini akan mendorong biaya produksi perusahaan menjadi lebih tinggi, karena mereka harus membayar bunga yang lebih tinggi untuk pinjaman mereka. Sebagai akibatnya, perusahaan dapat mengalami penurunan keuntungan mereka," pungkasnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook