JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pelemahan nilai tukar rupiah telah menembus angka psikologis Rp14 ribu. Kondisi itu menurut Kepala Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Eko Nugroho, akan berdampak signifikan positif dan negatif. Yakni mendorong nilai ekspor. Serta berpeluang juga menimbulkan inflasi.
“Saya kira dampak yang kelihatan sekali terutama akan mendorong ekspor kita. Ekspor jadi relatif murah, karena nilai tukar rupiah,” ujar Agus, Selasa (8/5).
Misal untuk ekspor migas, tambang dan juga komoditas kelapa sawit. Ataupun komoditas ekspor lainnya. Ini bakal menambah pundi-pundi devisa.
“Namun begitu pelemahan rupiah akan membuat harga naik. Terutama produk atau komoditas yang masih impor. Semisal kedelai dan terigu,” jelas Agus.
Produk yang bahan bakunya impor, seperti alat komponen atau pun industri kimia, akan kena dampaknya. Begitu juga produk makanan, yang berasal dari kedelai. Atau bahan baku yang diimpor.
“Persoalannya kalau inflasi terjadi, harga pangan dan produk naik, kasihan rakyat. Daya beli mereka akan semakin turun. Jadi akan berdampak terhadap daya beli,” ujar Agus.
Pemerintah menurutnya saat ini memang tengah menanggulangi inflasi. Operasi pasar dilakukan untuk menekan laju kenaikan produk. Yang hal itu sebenarnya juga biasa terjadi jelang puasa dan Idul Fitri. Namun dengan adanya pelemahan rupiah, tekanan inflasi menjadi kuat.