Saiful mengatakan secara umum proses biometrik berjalan lancar. Meskipun didampingi petugas dari Saudi, tetapi operator komputernya orang Indonesia. Sehingga mempermudah komunikasi dengan jamaah. Saiful mengatakan akses internet untuk biometrik sempat bermasalah. “Mungkin karena langsung tersambung dengan server di Saudi, jadi sempat ada masalah. Ini jadi catatan. Tapi segera tertangani,” tuturnya.
Salah satu JCH yang sudah menjalani proses biometrik adalah Agus Sukoto. Pria 56 tahun itu tinggal di sekitaran Lubang Buaya, Jakarta Timur. “Proses biometrik memang sempat ada masalah. Khususnya di bagian laki-laki,” tuturnya.
Ada enam meja perekaman biometrik untuk jamaah perempuan, dan lima meja biometrik untuk jamaah laki-laki. Dia berharap proses biometrik sejak di tanah air, bisa memudahkan ketika jamaah tiba di Saudi. Sebab tidak perlu menunggu lama berada di bandara. “Inginnya bisa segera menuju hotel untuk memulihkan kondisi setelah penerbangan,” katanya.
Agus juga menunjukkan bahwa dirinya mendapatkan gelang orange. Gelang orange itu pertanda bagi jamaah kategori risiko tinggi (risti). Dia mengungkapkan masuk kategori risti karena baru menjalani operasi tiroid. Suara Agus juga masih terdengar serak. Dia berharap bisa menjalani ibadah haji dengan lancar.
Koordinator Bidang Kesehatan Embarkasi/Debarkasi Asrama Haji Jakarta Pondok Gede Anas Ma’ruf menuturkan di kloter 1 ada 392 orang yang diperiksa. Jumlah awalnya 393 orang, tetapi ada yang meninggal dunia.
“Yang meninggal dunia laki-laki usianya 80 tahun,” tutur Anas.
Dia mengatakan dari seluruh jamaah yang diperiksa, ada 283 orang atau sekitar 72,19 persen yang masuk kategori risti. Penyebab status risti itu umumnya berusia lebih dari 60 tahun. Kemudian juga ada sejumlah penyakit lainnya. Menurut Anas tingkat jamaah risti yang terdata itu masuk kategori cukup banyak.
Selain itu ada seorang JCH perempuan berusia 43 tahun yang dirujuk ke RS Haji Jakarta di Pondok Gede karena anemia. Ia berharap jamaah yang dirujuk ini bisa segera pulih. Sehingga keberangkatannya hari ini tidak mengalami penundaan. “Kami pantau terus kondisi kesehatannya,” kata dia.
Terkait banyaknya JCH berstatus risti, Anas berharap petugas kesehatan kloter lebih proaktif. Mendatangi atau visitasi setiap kamar jamaah di Saudi nanti, untuk kontrol kesehatan.
“Tidak sekadar menunggu ada jamaah yang datang, memeriksakan kesehatannya” jelasnya. Saat-saat krusial untuk memantau kesehatan jamaah di antaranya saat jamaah baru tiba di Saudi, sebelum wukuf, dan waktu-waktu lain yang memerlukan fisik prima untuk beribadah.(ilo/cr9/wan/jpg)