JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Sejumlah kasus gumpalan darah usai divaksinasi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat atau calon penerima vaksin. Sejumlah vaksin seperti AstraZeneca dikaitkan dengan kejadian tersebut. Namun penelitian baru-baru ini memastikan risiko gumpalan darah usai vaksinasi sangat rendah.
Dilansir dari Science Times, Senin (3/5), dalam panduannya, The American Heart Association (AHA) menegaskan, kemungkinan mengalami trombosis sinus vena serebral (CVST) setelah menerima vaksin Covid-19 sangat rendah. Ini diungkapkan setelah laporan mengaitkan kondisi tersebut dengan vaksin Johnson & Johnson dan AstraZeneca.
Panduan ini dirilis setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS dan Food and Drug Administration, yang mencabut perintah jeda untuk penggunaan vaksin Johnson & Johnson atas kaitannya dengan CVST atau pembekuan darah dan sindrom trombosis-trombositopenia (TTS), yang merupakan gumpalan darah dengan jumlah trombosit rendah.
Kondisi ini juga terkait dengan pasien di Kanada dan Eropa yang diberikan vaksin AstraZeneca. Dalam panduan, diagnosis dan pengelolaan trombosis sinus vena serebral dengan trombositopenia trombotik imun yang diinduksi oleh vaksin, para peneliti menganalisis database dari 59 organisasi perawatan kesehatan dan 81 juta pasien, 98 persen di antaranya berada di AS.
"Bahkan risiko CVST akibat infeksi Covid-19 bisa 8 hingga 10 kali lebih tinggi dibandingkan risiko CVST setelah menerima vaksin," kata penulis utama Karen L. Fune, yang juga ketua Departemen Neurologi di Sekolah Kedokteran Warren Alpert, Universitas Brown di Providence, Rhode Island, dalam pernyataan AHA yang disiapkan. Mereka meyakinkan publik bahwa kemungkinan terjadinya CVST atau gumpalan darah setelah menerima vaksin Covid-19 sangat rendah. Artinya hasil ini akan mendorong semua orang dewasa untuk menggunakan vaksin yang disetujui FDA.(jpg)